1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Sipafa, 'tangan ajaib' untuk bantu difabel operasikan komputer

Sipafa dapat menjadi alat bantu bagi difabel dalam mengoperasikan komputer.

© 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Senin, 13 Juni 2016 11:54

Merdeka.com, Malang - Pada masa kini, komputer merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi banyak orang. Namun sayangnya tidak semua orang dapat mengoperasikan alat ini secara mudah. Beberapa orang yang memiliki keterbatasan karena menyandang cacat atau difabel kerap kali mengalami kesulitan dalam pengoperasian.

Dilansir dari Merdeka.com, berangkat dari kesadaran untuk memudahkan penyandang difabel menggunakan komputer, sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan sebuah sistem komputer khusus bagi penyandang difabel yang tidak memiliki tangan. Alat ini berfungsi sebagai 'tangan ajaib' yang bisa memberi perintah layaknya klik atau double klik di komputer.

Oleh penemunya, teknologi tersebut diberi nama Sipafa yang merupakan singkatan dari Sistem Perangkat Komputer untuk difabel yang tidak mempunyai tangan.

Konsep kerja dari alat ini sendiri dengan mengimplementasikan sensor gyroscope yang berfungsi merekam setiap gerakan kepala penggunanya. Gerakan tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh alat dan menjadi perintah untuk menggerakkan kursor di layar.


"Pada bagian kepala selain layar kita tanamkan juga sensor gyroscope yang berfungsi membaca pergerakan pada sumbu X, Y, Z atau Yaw, Pitch, Roll," kata Mochammad Wahyu Imam Santosa, Ketua Tim penemu Sipafa di Universitas Brawijaya, minggu (12/6).

Dijelaskan Wahyu, Sipafa hanya membutuhkan pergerakan pada sumbu X dan Y saja. Hasil data dari gyroscope ini kemudian ditransmisikan melalui wireless ke dalam bagian processing yang pada akhirnya dapat menggerakan kursor seperti fungsi mouse pada komputer pada umumnya.

Sipafa terdiri dari tiga alat yang dipasang di kepala, tubuh dan sejenis pedal untuk dioperasikan dengan kaki. Alat di kepala dilengkapi layar yang berfungsi untuk segala aktivitas yang terjadi pada komputer layaknya monitor komputer.

"Pada alat di kepala sensor gyroscope diletakkan. Berat alat di bagian kepala tidak lebih dari 700 gram," kata Wahyu.

Sipafa
© 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko

Alat yang dipasang di tubuh berisi Rasberry pi yaitu mini personal computer (PC) serta baterai isi ulang. Fungsinya adalah sebagai CPU yang berfungsi memproses setiap pergerakan yang terjadi pada bagian alat di kepala. Alat tersebut disertai baterai lithium polymer 3 cell berkapasitas 2200mAh yang mampu menghidupkan Sipafa hingga tiga jam.

Sementara alat yang dioperasikan dengan kaki atau pedal berfungsi sebagai pengganti klik kanan atau klik kiri layaknya fungsi mouse di komputer. Dalam pengoperasiannya, ketiga bagian alat tersebut saling terhubung satu sama lain. Penghubung yang digunakan adalah sistem wireless yang tidak membutuhkan kabel. Sehingga pengguna dapat menggunakan alat dengan nyaman tanpa terganggu pergerakannya oleh rangkaian kabel.

Novia Ulfa Nuraini, salah satu anggota tim mengungkapkan, ke depan Sipafa dapat digabungkan dengan teknologi mengenali suara penggunanya yang diolah menjadi tulisan. Sehingga saat mengetik tidak perlu susah payah lagi.

"Saat ini pengguna dapat mengetik tulisan pada layar dengan memilih satu per satu karakter pada virtual keyboard yang ditampilkan. Kemudian merangkainya hingga menjadi kata atau kalimat," kata mahasiswa jurusan Teknik Komputer angkatan 2013 itu.

Harapannya Sipafa dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh penyandang difabel yang membutuhkan. Karena data dari International Labour Organization (ILO), sekitar 15% penduduk dunia adalah difabel. Sekitar 785 juta jiwa diantaranya berada pada usia produktif namun mayoritas tidak bekerja. Hal tersebut menyebabkan difabel lebih rentan akan kemiskinan.

Selain Wahyu dan Ulfa, tim lain adalah Harry Mulya (Teknik Komputer/2013), Ihsannurahim (Teknik Komputer/2013) dan Ragilda Rachma (Pendidikan Dokter 2014). Mereka di bawah dosen bimbingan Gembong Edhi Setyawan.

Karya tersebut mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2015. Selain itu juga pernah juara 3 di kompetisi UNY-National Innovation Technology (Unitech) 2016 di Yogyakarta 13-14 mei 2016.

Kini sedang dalam pengurusan izin kerja sama untuk dapat dimanfaatkan oleh penyandang difabel yang tergabung dalam Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB).

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Kampus
  2. Teknologi
  3. Universitas Brawijaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA