1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Merawat sungai dan sejarah dalam rangkaian Festival Kampung Cempluk 7

Untuk merawat sungai dan sejarah bagi generasi mendatang, para warga kampung Cempluk mengadakan prosesi pengambilan air suci di Kalisongo.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Jum'at, 23 September 2016 14:00

Merdeka.com, Malang - Pada siang itu, pemandangan cukup berbeda tampak di Kalisongo yang terletak tak jauh dari pemandian Lembah Dieng. Jika biasanya yang tampak hanyalah anak-anak kecil yang bermain air, kemarin tampak sejumlah pemuda dan pemudi yang ikut menceburkan diri di sungai dengan gerakan-gerakan serupa tarian lengkap dengan iringan musik. Kegiatan tersebut merupakan sebuah reka ulang prosesi pengambilan air suci yang dilakukan dalam rangkaian Festival Kampung Cempluk 7.

Upaya mengingat budaya dan sejarah lokal tidak akan begitu berarti jika hanya sebatas diturunkan melalui buku-buku bacaan saja. Pada kamis (22/9) tepatnya hari ketiga gelaran Festival Kampung Cempluk 7, digelar sebuah prosesi yang bertujuan untuk melakukan reka ulang makna penting sungai bagi masyarakat desa Kalisongo, lokasi dari Kampung Cempluk.

Kalisongo yang merupakan sungai yang menjadi asal nama dari desa tersebut merupakan salah satu anak dari sungai Metro yang pada masa lalu disebut sebagai sungai Amerta dan dianggap sebagai salah satu sungai suci. Sungai itu kemudian yang menjadi cikal bakal terbentuknya kampung kecil dan akhirnya menjadi desa Kalisongo saat ini.

Pengambilan air suci di Kalisongo
© 2016 merdeka.com/Rizky Wahyu Permana

Priyo Sunanto, salah satu inisiator dari gelaran festival kampung Cempluk ini menyebut bahwa kegiatan yang disebut Matirtan Metro Padusan ini bertujuan untuk mengambil air atau tirta suci dari sungai Metro yang mengalir ke Kalisongo.

"Air itu akan digunakan untuk menyucikan Sima yang diletakkan pada pembukaan festival lalu dengan tujuan untuk membersihkan bala di desa Kalisongo," ujar Priyo.

"Harapannya nanti adalah menjadikan kampung Cempluk ini sebagai kampung yang makmur dan mampu menjadi teladan desa-desa lain," sambungnya.

Seperti prosesi peletakan Sima yang telah dilakukan sebelumnya, prosesi ini juga mengacu kepada upacara kuno yang dilakukan dari masa lalu. Lokasi prosesi ini sendiri merupakan tempat pertemuan dari sembilan sumber yang ada di wilayah Kalisongo.

Para pemuda membawa tempayan dan kendi air ke Punden Kalisongo
© 2016 merdeka.com/Rizky Wahyu Permana

Dalam prosesi yang dilakukan tersebut, para pemuda dan pemudi asli dari desa Kalisongo juga dilibatkan langsung. Prosesi itu sendiri tampak sangat artistik dengan iringan musik dan gerakan-gerakan indah serupa tarian dan sarat akan simbol.

Terdapat para pemuda yang bertuga menjaga kebersihan sungai serta pemudi yang mengambil air yang ada di sungai tersebut. Setelah mereka bermain air dan mengambil air dari sumber tersebut, kemudian secara berombongan mereka membawanya dalam kendi dan tempayan menuju Punden Kalisongo yang terletak sekitar 500 meter dari sungai tersebut.

Setelah dari punden, pemuda dan pemudi tersebut kemudian menyerahkan air dalam tempayan yang telah mereka ambil kepada sesepuh di desa Kalisongo. Usai prosesi tersebut, acara kemudian masih diteruskan dengan sarasehan cengan tema Metropradesa : Ratnamanikam Perkampungan Peradaban Lintas Masa pada DAS Metro yang membahas mengenai peradaban di wilayah tersebut pada masa lalu hingga kini.

Penyerahan tempayan air ke sesepuh desa Kalisongo
© 2016 merdeka.com/Rizky Wahyu Permana

Berbagai gerakan serta simbol yang digunakan tersebut diambil dari berbagai hal yang ada di desa Kalisongo. Bejo Sandy, salh satu penampil mengatakan bahwa penampilan dalam prosesi tersebut dirancangnya agar anak-anak muda di Kampung Cempluk sadar akan sejarah besar yang mereka miliki.

"Tujuan sesungguhnya adalah agar anak-anak muda itu ingat kembali dengan sungai yang menjadi asal dan menghidupi mereka. Nantinya harapannya adalah agar generasi muda ini membantu generasi tua dalam merawat peninggalan yang mereka miliki tersebut dan sadar bahwa air dari sungai tersebut merupakan sumber kehidupan mereka," terang Bejo.

Prosesi ini sendiri merupakan rangkaian Festival Kampung Cempluk 7 yang dilaksanakan mulai 20 hingga 24 september di jalan Dieng Atas, desa Kalisongo. Pada tahun ini, festival budaya tersebut juga diisi serangkaian prosesi untuk mengingatkan kembali mengenai sejarah mereka.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Event
  2. Pertunjukkan
  3. Seni
  4. Sobo Kampung
  5. Kampung Cempluk
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA