1. MALANG
  2. PROFIL

Tentang sebuah pilihan, menuai kegigihan dari serpihan kegagalan

Kisah dari Ronny Yonaz tentang sebuah pilihan. Berbagai kegagalan yang menerpa, tak menurunkan tekad untuk mencapai cita.

Istimewa. ©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Rabu, 19 Oktober 2016 19:28

Merdeka.com, Malang - Berawal dari sebuah pilihan untuk membuka peluang kerja, terpupuklah kegigihan dari serpihan-serpihan kegagalan. Ronny Yonaz Kurniawan, seorang pria muda yang memilih terus maju mewujudkan cita-citanya. Meskipun sederetan kegagalan menyerang, saat dirinya tengah berjalan mewujudkan mimpi tersebut.

Bukan karena gelimang materi. Namun, Ronny mampu menunjukkan tentang potret kegigihan akan sebuah pilihan. Pilihan untuk terus maju dan berusaha meskipun sederetan kegagalan menerpa. Sebuah pembelajaran yang mampu menyentil semangat untuk bangkit dari sebuah kegagalan.

Tahun 2011, bisa dibilang menjadi titik awal bagi diri Ronny memulai keinginan menjadi 'mandiri' dengan menjalankan sebuah usaha rumahan. Menjadi peternak bebek petelur menjadi pilihannya kala itu. Saat menentukan pilihan tersebut, Ronny masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta di kota Malang.

Sambil menyelam minum air. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan pilihan Ronny. Tak hanya sekedar bisnis, ia berniat untuk menjadikan bisnis bebek tersebut sebagai bahan utama penelitian untuk tugas akhirnya.

Ronny Yonaz saat Menjalankan Usaha Ternak Bebek Petelur
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Sayangnya, ide tersebut tak berjalan sesuai rencana. Berjalan selama lebih dari dua tahun, bisnis tersebut harus terhenti lantaran tak mampu bertahan ditengah para pesaing yang makin kompetitif.

Tak hanya usaha, kegagalan menyelesaikan pendidikan tinggi pun menyerang Ronny saat itu. Tahun 2014 merupakan titik di mana kegigihan Ronny akan pilihannya mulai diuji. Ronny berada diantara dua pilihan, berjuang melanjutkan studi dengan meninggalkan prinsip mandiri, atau harus terus berusaha mencari uang untuk menutupi utang yang melilitnya. Dengan berat hati, Ronny memilih untuk melepaskan studi dan berusaha melunasi utang yang ditanggungnya.

"Tahun 2014 itu deadline akhir aku ngerjain skripsi. Mau gak mau aku harus milih tak fokusin salah satu, tanggungan bank atau aku nerusin kuliah. Kalo nerusin kuliah berarti aku ngorbanin ortu lagi buat bayar kuliah. Atau aku harus menyelesaikan utang bank, karena jaminanku saat itu adalah sertifikat rumah. Jadi aku milih lunasin utang aja wis, tak kerja", tutur Ronny.

Gagal dengan tanggungan utang, tak menghentikan langkah Ronny untuk terus maju menjalankan bisnis. Ia terus memutar otak dan belajar dari kegagalan yang sebelumnya dia alami. Rasa penasaran, menuntun Ronny terus mencari jalan untuk kembali mencoba membuka usaha baru.

"Penasaran, lebih ke penasaran. Penasaran kenapa kok aku sampai gagal. Sebagai bahan untuk belajar, kalo semisal aku nyoba lagi, aku gak boleh ngelakuin kegagalan yang sama seperti sebelumnya", ungkap Rony.

Akhir 2015, seolah menjadi titik pembaharuan bagi Ronny. Beberapa bulan setelah menyandang status sebagai karyawan di sebuah perusahaan media online, Ronny kembali berpikir untuk menjalankan usaha. Kali ini, bidang yang dipilihnya jauh berbeda dari usaha yang pernah dijalankannya sebelumnya.

Ronny Yonaz saat Proses Pembuatan Kacamata Kayu 
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Membuat kacamata dengan frame berbahan kayu menjadi pilihan usaha Ronny selanjutnya. Ide tersebut muncul ketika dirinya ingin memiliki sebuah kacamata kayu. Sayangnya, produsen produk tersebut tidak memberikan respon pada pesanan kacamatan yang diinginkannya.

Berangkat dari kekecewaan tersebut, pria 28 tahun tersebut akhirnya memutuskan untuk membuat kacamata kayu sendiri. Belajar dari tutorial via youtube, Ronny akhirnya mencoba membuat sebuah kacamata dengan bahan dan alat seadanya.

Saat pertama kali membuat kacamata, Ronny menggunakan kayu dari sisa-sisa mebel. Mencoba berkali-kali, akhirnya Ronny berhasil membuat sebuah kacamata hitam dengan frame berbahan kayu. Ternyata, kacamata yang dibuatnya menarik minat orang-orang disekitarnya. Melihat peluang tersebut, Ronny pun memutuskan untuk menjalankan usaha kacamata berbahan kayu handmade yang dinamai Mooleywood Eyewear.

Produk Kacamata Kayu handmade milik Ronny Yonaz 
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Nama yang unik. Mooleywood merupakan sebuah plesetan dari kata dalam bahasa Jawa 'mulih', yang berarti pulang. Ide nama Molley tersebut muncul lantaran Ronny biasa mengerjakan pemesanan kacamata kayu sepulang ia bekerja.

Terkait dengan usaha barunya ini, Ronny mengaku mulai mendapat banyak pesanan. Dia bahkan bisa menghasilkan 4-5 buah kacamata selama sebulan. Jumlah yang cukup banyak mengingat proses pembuatan kacamata yang membutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Ronny berharap dan bertekad untuk memajukan usahanya barunya tersebut. Ronny bahkan telah membuat perencanaan panjang untuk usahanya ke depan.

Ronny, adalah salah satu sosok yang menunjukkan pentingnya arti sebuah kegigihan. Kegagalan bukanlah akhir segalanya. Justru, kegagalan menjadi sebuah pembelajaran berharga, sekaligus menjadi pemacu semangat untuk terus bangkit. Hingga akhirnya kegagalan tersebut akan takluk pada kegigihan.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Inspiratif
  2. Profil
  3. Malang Kreatif
  4. Anak Muda
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA