Pamerkan 1.500 kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia, Hotel Tugu gelar 'The Great Heritage of Indonesia', 14-22 April 2017.
Merdeka.com, Malang - Menggandeng designer dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari berbagai daerah, Hotel Tugu menggelar pameran kain tenun bertajuk 'The Great Heritage of Indonesia', Jumat (14/4). Bernuansa serba tenun, acara ini memamerkan sekira 1.500 jenis kain tenun karya 23 perajin kain dan designer, dari berbagai daerah di Indonesia. Sebut saja kain tenun Lombok, Sulawesi, Bali, NTT, Badui, Jakarta, Troso, Malang hingga kain tenun sutra Solo, Pearl of Silk karya Simon Lenan.
"Tahun ini kita mengambil tenun, batik, dan ethnic jewelry. Semuanya yang kita ambil adalah pengrajin di Indonesia. Kemudian, kita juga mengangkat Malang. Harapan saya, mereka (perajin kain tenun)bisa masuk malang,(kain tenun) Malang juga bisa keluar," papar Crescentia Harividyanti, Executive Assistant Manager Hotel Tugu Malang, Jumat (14/4).
Crescentia menuturkan, dalam gelaran acara tersebut Hotel Tugu mulai memperkenalkan kain tenun asal Malang. Tujuannya, agar kain tenun Malang tersebut dapat dikenal oleh perajin kain yang berasal dari luar daerah. Dengan demikian, secara tidak langsung akan memperkenalkan kekayaan Malang, khususnya kain tenun asal Malang ke daerah masing-masing.
Berbicara soal Tenun Malang, Ketua PKK Kota Malang, Dewi Farida Suryani menuturkan, tenun Malang merupakan hasil kreasi dari pemuda Tlogomas, Kota Malang. Meskipun terbilang baru, Farida menilai, kualitas kain tenun kreasi Malang tersebut tidak kalah dengan produk dari daerah lain.
"Hasilnya itu tidak kalah dengan produk tenun daerah lain. Ini lahirnya dari kreasi anak-anak muda, dan mereka bisa memberdayakan masyarakat di sekitar. Mereka sudah bisa mempekerjakan 25 orang," ujar Farida.
Motif topeng malangan, menjadi salah satu ciri khas yang membedakan kain tenun asal Malang dengan kain tenun daerah lain. Dalam gelaran acara tersebut, dua jenis kain tenun malang yang dipamerkan dibedakan berdasar pada bahan, yakni nilon dan katun. Harga yang dibanderol untuk tiap lembar kainnya pun terbilang ramah di kantong. Yakni, berkisar antara Rp 275 ribu - Rp 325 ribu.
Selain kain tenun, acara ini juga memamerkan perhiasan etnik karya para designer berbakat, seperti Rama Shinta, Abdullah Sani, dan Radha Jewelry. Koleksi Radha Jewelry, tampaknya mampu memikat perhatian pengunjung. Pasalnya, koleksi perhiasan yang dipamerkannya kali ini, Radha Jewelry mengusung konsep Bapang, yakni salah satu karakter dalam Topeng Malangan. Radha Jewelry mengkreasikannya menjadi sebuah kalung unik dengan nuansa etnik yang kental.
"Topeng Bapang, ini unik sekali dan saya sangat tertarik karena ia lain dari tokoh yang lain. Saya memang suka memadukan berbagai jenis bahan dan warna, tapi menjadi satu kesatuan yang harmoni. Kayak kalung ini, ada kain tenun, goni, dan topeng Malangan dengan karakter Bapang ini," tutur Radha Krishna Devi, designer ethnic Jewelry asal Malang.
Radha menuturkan, koleksi yang dipamerkannya dalam acara di Hotel Tugu itu, sekaligus menjadi soft launching produk perhiasan terbarunya. Selain kalung, ia juga memiliki koleksi perhiasan etnik lainnya, seperti gelang, cincin, anting, sepatu dan sandal. Selain dalam pameran, Radha juga memamerkan koleksi perhiasan etnik miliknya di galery Rumah Seni Budaya Singhasari, di Jalan Raya Perusahaan No 22, Karanglo, Malang.
Gelaran 'The Great Heritage of Indonesia' ini akan berlangsung selama sembilan hari ke depan. Tepatnya, pada 14-22 April 2017, pukul 10.00-22.00 WIB di Tirtagangga, Hotel Tugu Malang. Tidak ada biaya masuk untuk gelaran pameran ini. Dalam pameran ini, siapa pun bisa menyaksikan dan memilih beragam jenis kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia.