1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Menebar inspirasi 'Kayoetangan', 8 desainer kenalkan Batik Malangan

Mengusung inspirasi 'Kayoetangan', delapan designer asal Malang kenalkan Batik Malangan lewat MUFFEST 2017 di Jakarta.

Batik Malangan dalam MUFFEST 2017. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Senin, 10 April 2017 16:28

Merdeka.com, Malang - Tak melulu soal keindahan alam, kota Malang ternyata memiliki kekayaan batik yang khas. Populer dengan nama batik Malangan, delapan designer asal Malang mencoba memperkenalkannya dalam kancah nasional melalui Inspirasi "Kayoetangan".

Delapan designer tersebut, yakni Kiki Mahendra, Yetti Topiah, Febby Ayusta, Selvi Daniah, Agus Sunandar, Belinda Ameliyah, Elma Faricha, dan Silla Dawillah berupaya mengenalkan batik Malangan dengan gaya, serta ciri khas mereka masing-masing. Mereka memperkenalkan batik tersebut dalam fashion show Dinas Koperasi Kota Malang & IFC Malang Chapter, di Muslim Fashion Festival (MUFFEST), Kamis (6/4) lalu.

Dilansir dari otonomi.id, Silla Dawillah , salah satu designer asal Malang menuturkan, delapan desainer tersebut memang sengaja ingin mengenalkan batik khas Malang yang belum banyak diketahui masyarakat. Saat ini, kata Silla, masyarakat cenderung lebih mengenal batik Solo, Pekalongan dan Yogyakarta.

"Lewat ajang MUFFEST ini, kami ingin memperkenalkan batik Malangan yang memiliki khas tidak kalah cantiknya yakni Tugu Malang, teratai, dan tempe. Kami, para desainer mengangkat batik Malangan dengan karakter kita masing-masing," tutur Silla.

 

Batik Malangan dalam MUFFEST 2017
© otonomi.co.id/Dian Rosalina

Kata Silla, mereka tak hanya sekedar mengangkat keindahan batik Malangan. Namun, mereka juga ingin memperkenalkan Kayoetangan, sebagai salah satu ikon kota Malang. Kayoetangan sendiri merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang memiliki arsitektur bergaya Eropa- Belanda. Hingga saat ini, pusat perbelanjaan tersebut masih dipertahankan Pemerintah Kota Malang.

"Nah bedanya dari desain batik Malangan aku, aku sisipkan kupu-kupu yang terinspirasi dari suasana asri Kayoetangan pada zaman dulu. Selain itu, desain yang aku tampilkan lebih edgy, feminin, namun tetap terlihat etnik dari sisi motif batik Malangan," paparnya.

Meski hanya tujuh koleksi yang dikeluarkan, Silla mengaku sangat senang bergabung dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) Malang. Sebelum bergabung, Dinas Koperasi telah bekerja sama lebih dulu dengan organisasi fashion lokal. Barulah ketika IFC Malang terbentuk, Silla dan 7 desainer lokal lainnya berkesempatan unjuk kreativitas di bidang fashion.

 

Batik Malangan dalam MUFFEST 2017
© otonomi.co.id/Dwi Narwoko

 

"Tidak mudah memang untuk masuk IFC, karena jangkauan mereka nasional, jadi banyak event-event besar seperti MUFFEST ini. Tidak heran pemilihannya juga ketat. Kalau aku proses kurasinya lebih dari dua bulan dan baru bergabung pada Januari kemarin saat IFC Malang diresmikan," ungkap Silla.

Sila berharap, keikutsertaannya mengikuti MUFFEST 2017 dan memperkenalkan batik Malangan, akan menumbuhkan ketertarikan konsumen. Dan, lebih banyak desainer yang tertarik menjadikan batik Malangan sebagai inspirasi.

"Karena baru ini kami mengenalkan batik Malangan di event MUFFEST 2017. Mudah-mudahan kedepannya banyak konsumen yang mengenal batik Malangan dan membelinya. Untuk para desainer yang di Jakarta, saya berharap semakin banyak yang tertarik menggunakan batik Malangan dalam setiap karya desainnya," tandasnya.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Event
  2. Fashion
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA