Nama Red Army ternyata pernah diusulkan oleh Mantan Panglima TNI, Jenderal Joko Santoso untuk diganti.
Merdeka.com, Malang - Ormas Red Army Kota Malang belakangan ramai menjadi pembicaraan. Ternyata nama tersebut pernah diusulkan Mantan Panglima TNI, Jenderal Joko Santoso untuk ganti nama. Alasannya, karena nama itu kental dengan komunisme di Rusia dan China.
"Saat pelantikan dihadiri Joko Santoso, Jenderal Mantan Panglima TNI. Pak Joko bilang, nama Red Army itu ada yang mengartikan mengonotasikan dengan tentaranya China dan Rusia. Karena itu seyogyanya diganti saja namanya," kata Peni Soeparto, Ketua Red Army di Batavia Resto Malang, Rabu (5/7).
Selain itu, kata Peni, syarat nama ormas tidak diperbolehkan menggunakan bahasa asing. Sehingga kalau mendaftar ke Kemenkum dan HAM pasti ditolak.
"Karena kalau didaftarkan ke Kemenkumham pun tidak akan diterima, karena Red bahasa asing dan Army juga bahasa Asing. Pasti tidak akan dapat izin," katanya.
Sebelumnya ramai menjadi perbincangan tentang munculnya baliho di Kota Malang bertuliskan Red Army dan logo bintang emas. Karena dianggap meresahkan, Selasa (4/7) pukul 14.00 WIB baliho tersebut diturunkan paksa.
Baliho terpasang di Jalan A. Yani Kelurahan Purwodadi dan Jalan S. Parman Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dicopot Satpol PP. Baliho itu diturunkan karena mencantumkan logo dan tulisan menyerupai pasukan merah Rusia dan Cina identik dengan komunis.
Baliho itu menampilkan tulisan 'Tegakkan Pancasila Kokohkan NKRI, Kerukunan Nasional Lahir dan Bathin. Selain itu juga menampilkan wajah Peni Soeparto, Mantan Wali Kota Malang periode 2003/2008 dan 2008/2013.
"Sebenarnya saya minta ke Kasatpol PP untuk dilakukan pencopotan pada malam hari agar tidak mengganggu arus lalu lintas. Rupanya memang sudah tidak sabar lagi," terang Peni tersenyum.