Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen bangsa mengajak umatnya tetap tegak berdiri di atas khitah jelang Pilpres 2019.
Merdeka.com, Malang - Indonesia memasuki iklim politik dalam konstalasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019. Muhammadiyah sebagai bagian dari komponen bangsa mengajak umatnya tetap tegak berdiri di atas khitah.
"Kepada warga Muhammadiyah, kami mengimbau, mengajak dalam menghadapi situasi kebangsaan termasuk Pemilu 2019. Hendaknya tetap berdiri tegak di atas khitah dan kepribadian, serta prinsip-prinsip organisasi yang telah teruji 1 abad lebih," kata Haedar Nasir, Ketua Umum Pengurus Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (12/8).
Haedar meminta warganya secara cerdas menggunakan hak pilih dalam Pilpres 2019. Warga Muhammadiyah diminta menentukan hak pilih dengan didasari rasa tulus sebagai warga bangsa.
"Tetapi dalam menentukan pilihan politik harus tetap kritis dan cerdas, dewasa, berakhlak mulia dengan mempertimbangkan para calon yang dipilih adalah mereka yang benar-benar berkualitas utama, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan golongannya," jelasnya.
Di hadapan ribuan undangan, Haedar juga berpesan kepada warganya agar turut menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa dan negara. Selain juga meminta memilih pemimpin yang mendukung usaha-usaha dan dakwah Muhammadiyah demi kemajuan umat dan bangsa.
"Lebih utama lagi (pemimpin) yang mendukung usaha-usaha dan dakwah Muhammadiyah demi kemajuan umat dan bangsa," katanya.
Pemilu, kata Haedar adalah proses politik lima tahunan yang menjadi bagian dari dinamika kehidupan kebangsaan. Warga Muhammadiyah diminta tidak larut dalam situasi. Karena tugas utama yang sama penting, bahkan tidak kalah penting yakni mencerdaaskan dan memajukan kehidupan bangsa.
"Sambil terus kita aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik, dengan nilai-nilai luhur, kita harus tetap membangun Muhammadiyah dengan amal usahanya, gerak kemasyarakatannya dakwah di akar rumput," katanya.
Pesan Haedar, negara harus mendorong seluruh komponen tumbuh unggul. Indonesia sendiri akan unggul dan maju, bahkan menjelma menjadi negara merdeka, bersatu, berdaulat, maju adil dan makmur sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa, jika negara mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Lebih-lebih manakala kuantitas itu bersifat semu.
"Selama negara masih mengutamakan kuantitas, dan kurang menghargai kualitas maka label negara itu akan menjadi tetap negara komunal tradisional, dan dia tidak akan naik tangga menjadi negara modern dan berkemajuan, sebagaimana yang dicita-citakan pendiri bangsa dan diambil sarinya oleh Muhammadiyah dengan konsep negara berkemajuan," jelasnya.
Siapapun anak bangsa, jika berkualitas menghasilkan amal usaha dan karya unggul untuk bangsa dan negara, maka negara tidak boleh menegasikannya, hanya untuk kepentingan mengakomodasi kuantitas.
"Insya Allah, Muhammadiyah akan tetap di garis lurus membawa Islam yang berkemajuan, mendorong yang makruf dan mencegah yang mungkar dengan cara yang cerdas, bijaksana dan tetap dalam semangat kebersamaan bersama seluruh warga bangsa," pungkasnya.
Muhammadiyah menggelar Pidato Kebangsaan, Meneguhkan Nilai-Nilai Kebangsaan yang Berkemajuan Menyongsong Indonesia Emas. Acara digelar menyambut Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-73.
Hadir dalam acara tersebut, sejumlah tokoh lintas agama dan aliran kepercayaan yang masing-masing menyampaikan pidato heroik secara bergantian. Hadir pula Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhadjir Effendy dan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.