Syaifullah Yusuf mengajak santri menggunakan akhlak dalam menentukan pilihan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019.
Merdeka.com, Malang - Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf mengajak santri menggunakan akhlak dalam menentukan pilihan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019 nanti. Selain itu harus dapat menerima setiap perbedaan pilihan orang lain.
"Santri itu harus menentukan pilihan, harus memilih tapi dengan akhlaknya santri. Kita biasa berbeda, tapi kita juga tidak memilih orang karena isu-isu hoaks. Kita memilih pemimpin karena akan membawa kita depan. Kita lihat yang mana saja, silakan," kata Syaifullah Yusuf dalam penutupan puncak peringatan Hari Santri di Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Tidak menampik, bahwa di kalangan kyai memiliki pandangan dan berbeda pilihan antara mendukung Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno. Namun itu dinilai sesuatu yang biasa, bahkan beberapa kyai juga sampai hari ini masih belum menentukan pilihan.
"Kyai ada yang sudah memberikan dukungan ke Pak Jokowi, ada juga yang ke Pak Prabowo, tetapi banyak juga yang perlu waktu 2-3 bulan lagi. Tapi masih enam bulan. Pada yang sudah menentukan pilihan, kita hormati, yang belum memilih kita hormati. Ini masih ada waktu enam bulan," ungkapnya.
Gus Ipul sendiri mengaku belum menentukan pilihan dan tengah menunggu para keputusan kyai dan ulama. Tetapi dipastikan akan menjadi warga yang baik dengan mengikuti proes pemilu 2019.
"Kalau saya masih menunggu para ulama. Kita pada akhirnya akan ikut memilih. Setidak-tidaknya masuk bilik suara, mencoblos, nanti pasti akhirnya sampeyan-sampeyan tahu lah," akunya.
Gus Ipul juga mengaku tidak berperan dalam tim sukses pasangan tertentu. Namun memang menjalin komunikasi dengan kedua belah pihak. "Nggak (tawaran), komunikasi saja dua-duanya, saya ketemu presiden ngobrol. semua komunikasi, semua ini ada proses," akunya.
Gus Ipul mengajak mengawal proses demokrasi agar berlangsung dengan kegembiraan dan menyenangkan. Tidak dengan proses gontok-gontokan walaupun dengan pilihan yang berbeda.
"Bukan kali ini saja kita pilpres, sudah berulang-ulang, siapapun yang terpilih kita harus semakin sejahtera, yang kita pilih salah satu pasti menang," katanya.
Tidak perlu saling menjatuhkan, karena tidak akan berguna, apalagi disertai adu fisik. Tetapi juga dianggap perlu jika sifatnya adu argumentasi, debatnya positif dan menginspirasi.
"Seperti Faisal Basri itu enak kan cara menjelaskannya, ekonomi kita tidak buruk-buruk amat lah nggak mungkin 2030 hancur, tidak seburuk itu, tapi juga tidak sebagus penjelasan pemerintah. Ada juga begini, akhirnya kita tahu, enak kan. Jelek banget nggak, bagus juga nggak, dengerin yang gitu lah, menginspirasi," pungkasnya.
Ajak santri perkuat ekonomi desa
Gus Ipul juga mengajak para santri untuk ikut membangun desa. Karena itu, santri harus melengkapi diri dengan ketrampilan selain ilmu agama yang didapatkan selama di pondok pesantren.
"Santri pasti ngajinya mempeng (tekun), cinta tanah air. Tapi juga diharapkan bisa berperan aktif di bidang perekonomian, memperkuat ekonomi umat khususnya di desa-desa," kata Gus Ipul.
"Sekarang ini di desa-desa banyak anggaran baik dari pemerintah pusat maupun dari kabupaten atau kota, tujuan utamanya adalah mempersempit kesenjangan," sambungnya.
Kata Gus Ipul, dengan mengutip seorang motivator mengatakan, anak muda belum aktif berperan di pembangunan pedesaan, bahkan sebagian masih memilih tinggal di kota. Mereka harus didorong untuk menjadi penggerak perekonomian di desa masing-masing.
"Marilah sekarang kembali ke desa, kembali menggerakkan ekonomi umat melalui berbagai aktivitasi memperkuat BUMDes, maupun kegiatan lain," katanya.
Santri yang anak-anak petani diharapkan bisa semangat menjadi petani modern. Petani dengan bekal metode baru seperti pertanian organik yang bisa menjual produknya dengan harga mahal karena prosesnya yang khusus.
"Belum banyak yang melakukan, anak-anak muda kita dorong untuk jadi petani , pedagang, nelayan milenial, sekarang kesempatannya jauh lebih luas," katanya.
Santri kata Gus Ipul, sudah punya membekali diri dengan aklaq dan selama ini sudah dididik hidup bergotong royong. Sekarang ini juga era kolaborasi, yang mengembangkan usaha dengan bergotong goyong, hidup bersama, saling peduli, saling memperkuat, menutup kelemahan orang lain.
"Itu sejak kecil dilakukan santri. Sopan, tahu siapa yang harus dihormati. Ulet, disiplin, pagi sudah jamaah subuh, ngaji, itu semua dibutuhkan dalam dunia ekonomi kita," katanya.
Presiden tinggal memberikan pendidikan ketrampilan kepada santri. Sementara Propinsi Jawa Timur sudah memiliki SMK pendidikan mini untuk pesantren yang sudah mulai dan terus berjalan. Santri ditambahi dengan ketrampilan bidang tertentu, dikenalkan engan keuangan, pembiayaan, pertanian, perdagangan, diharkan akan menggerakkan perekonomi.
Santri harus mau terus belajar. Harus mau memperkuat diri dari potensi yang dimilikinya. Kemampuannya harus diasah sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan ekonominya.
"Pesantren harus membekali kemampuan, petanian, otomotif, nelayan, pengusaha. Dengan begitu Pondok Pesantren mengajarinya lengkap sudah, agama, aklaq, disiplin, cinta ilmu, cinta tanah air dan ketrampilan, melengkapi perannya," pungkasnya.