1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Kak Seto anggap kepedulian terhadap anak jadi persoalan terbesar bangsa

Aktivis yang juga psikolog anak, Seto Mulyadi menilai persoalan kepedulian terhadap anak menjadi pekerjaan terbesar bangsa Indonesia.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Selasa, 24 Juli 2018 16:15

Merdeka.com, Malang - Aktivis yang juga psikolog anak, Seto Mulyadi menilai persoalan kepedulian terhadap anak menjadi pekerjaan terbesar bangsa Indonesia. Kak Seto, demikian biasa dipanggil, mendesak setiap komponen, terutama orang tua untuk peduli terhadap terhadap anak-anak.

"Sekarang ini yang terus mendesak adalah ketidakpedulian terhadap mereka. Apakah itu orang tua, guru dan kalangan pejabat di tingkat daerah, RT/RW dan sebagainya," kata Seto Mulyadi

Seto mencontohkan, Presiden Joko Widodo pernah bertanya tentang keberadaan anak-anak yang lebih senang bermain gadget? Karena memang tidak terlepas dari kondisi dalam rumah dan perilaku para orang tuanya.

"Karena anak-anak meniru orang tuanya, para orang tua juga sibuk bermain gadget walaupun itu pekerjaan dan sebagainya. Tetapi terkadang perhatian terhadap anak kurang, kebersamaan dengan anak kurang," jelasnya.

Sehingga Seto yang saat ini menjabat sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mengajak untuk kembali menjadi memposisikan diri sebagai sahabat anak.

"Sehingga kita gerakan Gubernur, Lurah, Camat, RT/ RW sahabat anak, akhirnya ayah dan bunda sahabat anak. Supaya mau bersahabat kembali dengan anak-anak, di antaranya lewat gerakan 18-21 televisi dan hp stop di situ ada Gerakan 3B, bermain, berdialog dan belajar," katanya.

Kata Kak Seto, kadang orang tua main perintah, main instruksi, main komando, sehingga kabur dari rumah. Anak pulang dari sekolah langsung ditanyakan nilainya berapa, nakal atau tidak, tetapi tidak pernah mendapat pertanyaan eksplorasi perasaannya.

"Marilah jadi ibu sahabat anak, ayah sahabat anak. Sehingga tidak ada kekerasan, tidak ada sesuatu yang membuat anak menjadi tertekan di dalam ruma," tegasnya.

Sementara Achmad Marzuki, Direktur Jaringan LSM Penanggulangan Pekerja Anak (JARAK) mengatakan, isu anak yang bersubstansi pemenuhan hak dan perlindungan anak memiliki dimensi strategis. Situasi tahun politik baik Pilkada, Pileg, maupun Pilpres saat ini selayaknya menawarkan perubahan pada situasi anak di pembangunan ke depan.

"Saat ini anak Indonesia telah diposisikan sebagai target pembangunan yang digerakkan oleh pemerintah, LSM, Dunia Usaha, Media dan bahkan peran serta anak-anak. Komitmen ini diwujudkan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan baik di pusat maupun daerah," katanya.

Komitmen dan upaya memastikan setiap anak Indonesia dapat tumbuh-kembang dan mendapatkan perlindungan secara sistemik dan berkesinambungan. Ini menjadi tantangan hari ini bagi seluruh bangsa Indonesia, termasuk kepedulian para politisi.

Kata Marzuki, kerja keras semua pihak telah memajukan situasi anak Indonesia. Progresif berdampak signifikan bagi anak, seperti hak identitas, ruang bermain ramah anak, lingkungapn keluarga dan pengasuhan alternatif, layanan kesehatan, layanan pendidikan dan layanan perlindungan khusus.

Namun demikian, permasalahan yang komplek dan butuh upaya yang lebih keras masih harus dihadapi, seperti Perkawinan usia anak, gizi buruk, anak telantar, pelerja anak, kekerasan seksual dan lain sebagainya. Kondisi itu masih mewarnai kehidupan sehari-hari.

"Apa yang menjadi gerakan semua pihak perlu terus digelorakan, seperti stop perkawinan usia anak, wajar 12 tahun, stop kekerasan, hentikan pekerja anak dan lain-lain," katanya.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Info Kota
  2. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA