Berdiri kokoh di tengah perkampungan warga, Ponpes Az-Zainy menjadi jembatan silaturrahmi antara para mengidap gangguan mental dan masyarakat.
Merdeka.com, Malang - Sebuah bangunan megah Pondok Pesantren tampak begitu menarik mata di dusun Bangilan, desa Pandanajeng, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang. Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Az-Zainy, bangunan megah bernuansa Timur Tengah ini merupakan 'rumah' bagi mereka yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya. Berdiri sejak 2001 silam, Ponpes & Rehabilitasi ini pun menjadi jembatan penyambung silaturrahmi antara orang-orang dengan gangguan mental dan masyarakat sekitarnya.
Pimpinan Ponpes Az Zainy, KH. Zain Baik, menuturkan bahwa ia mendirikan pondok tersebut lantaran tergerak untuk memberi perhatian lebih kepada orang-orang yang mengalami keterbelakangan mental. Mengingat, pondok pesantren pada umumnya berupa majelis, baik ibtidaiyah, diniyah, maupun aliyah. Hal inilah yang memicu Gus Zain, sapaan karib KH. Zain Baik, untuk mendirikan Ponpes Az Zainy.
"Awalnya karena ter-support, termotivasi, karena tidak ada yang mengurus. Mana ada pesantren yang ngurus orang terbelakang mental. Pesantren itu kan ada dua, ada kiayi ada santri, ada yang mengajar dan ada yang diajar," papar Gus Zain.
Menengok ke balik gerbang Ponpes Az-Zainy, tampak para santri yang tinggal di pondok itu berseliweran tak jauh dari asrama masing-masing. Sebagian dari mereka ada yang memilih berbincang sambil duduk santai di teras asrama, ada yang beraktivitas layaknya di rumah dengan menyiram tanaman, ada pula yang hanya memilih diam tanpa mengerjakan aktivitas apapun.
Layaknya pondok pesantren pada umumnya, para santri di pondok Az-Zainy juga memiliki aktivitas rutin yang wajib diikuti. Mulai dari olahraga, mandi, makan, salat, belajar, hingga konseling.
"Jadi, abis bangun pagi itu olahraga, mandi, konseling, habis itu salat berjamaah. Habis itu baru belajar ngaji, habis isya itu. Bisa, buktinya mereka bisa. Lebih gampang mereka, ketimbang yang waras," ujar Gus Zain.
Santri yang mondok di Az-Zainy berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka merupakan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa lantaran berbagi sebab. Sebut saja, stres karena masalah keluarga, narkoba, tekanan ekonomi, kekerasan dan lainnya. Bahkan, kata Gus Zain, kasus terparah adalah santri yang pernah dipasung oleh keluarganya lantaran mengalami gangguan jiwa.
"Kasus paling parah itu orang yang dipasung. Kita tidak pernah memasung, tapi menerima santri yang pernah dipasung oleh keluarganya. Saya menyebut mereka santri, karena mereka belajar ngaji," tegas Gus Zain.
Tak hanya rehabilitasi, Ponpes Az-Zainy pun memiliki kegiatan keagamaan yang melibatkan masyarakat. Lima kegiatan utama yang digelar di Ponpes ini yakni, majelis taklim, majelis dzikir, istighosah, rehabilitasi dan wisata religi.
"Majelis taklim ini, santri yang datang dari seluruh Indonesia, waras gendeng kumpul jadi satu. Itu volumenya ribuan, mulai dari tukang becak sampek kementerian ada di sini, semua segmen ikut, lintas sektoral," paparnya.
Istimewanya, Ponpes ini banyak melibatkan masyarakat sekitar untuk turut berkontribusi dalam kegiatan keagamaan yang berpusat di Masjid Az-Zainy. Partisipasi masyarakat ini pun secara tak langsung menjadi media yang menjembatani interaksi antara santri dan masyarakat. Tak heran, jika sesekali santri Ponpes ini terlihat menyapa masyarakat yang datang dengan akrab.
"Kita mengadopsi orang-orang dekat. Keberhasilan sebuah pesantren itu adalah, bahwa pesantren itu harus bisa diterima oleh orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. Bahwa pesantren harus diterima lingkungannya dulu," pungkasnya.