Oei Hui Lan dan "No Feast Last Forever"
Setidaknya, nama Oei Hui Lan mulai banyak dikenal melalui dua buku yang menuliskan kisah hidupnya. Yakni No Feast Last Forever dan Kisah Tragis Oei Hui Lan. No Feast Last Forever ditulis Madame Wellington Koo bersama Isabella Taves, dan hanya diterbitkan di Amerika. Sedangkan, Kisah Tragis Oei Hui Lan: Putri Orang Terkaya di Indonesia ditulis oleh Agnes Davonar, 2011 lalu.
Bergelimang harta dan kemewahan, Oei Hui Lan seolah-olah hidup dengan menggenggam dunia di tangannya. Apapun yang diinginkannya selalu dapat dipenuhi dengan segera, kecuali cinta dan kebahagiaan. Hidup mewah, dan berfoya-foya ternyata tak mampu mendatangkan kebahagiaan bagi Hui Lan. Terlebih, pengalaman pahit cinta pertama, membuat Hui Liu tak ingin terlibat hubungan cinta dengan pria.
Ikut tinggal dengan ibunya di London, membuatnya menjadi bagian dari obsesi Goei Bing Nio. Sang ibu ingin membuat Oei Hui Lan sebagai orang terpandang di London. Obsesi itu menggiring Hui Lan menikah terpaksa dengan Wellington Koo, orang nomor dua di Cina kala itu. Wellington Koo adalah duta besar Cina untuk Amerika, yang membawa misi kemerdekaan Negeri Tirai Bambu.
Menikah dengan Wellington Koo memang membuat kasta Hui Lan menjadi lebih tinggi. Ia mulai dikenal para pembesar negara yang menjalin hubungan dengan Cina. Termasuk bergaul dengan keluarga presiden, kerajaan, menteri dan anggota pemerintahan strata atas. Tak heran, jika Oei Hui Lan lebih dikenal dengan nama Madame Wellington Koo hingga akhir hidupnya.
Sayangnya, sang suami tak mampu memberi uang yang cukup untuk membiayai kehidupan Hui Lan yang mewah dan glamor. Kebiasaan hidup di tengah pesta dan bermewah-mewah itu, tak mampu diubahnya.
Menjelang usia tua, Hui Lan hanya tinggal seorang diri, tanpa kehadiran keluarga. Hanya ada anak-anak tanpa suami, lantaran Wellington Koo memilih menikah lagi dengan wanita lain.
Semua kisah tersebut dirangkum Hui Lan aka Madame Wellington Koo dalam sebuah buku berjudul "No Feast Last Forever", sebelum ia meninggal dunia. Buku yang ditulis bersama kawannya, Isabella Taves ini, bercerita tentang kehidupan Hui Lan yang diibaratkan sebuah pesta yang telah berakhir. Kisah tragis Oei Hui Lan, wanita bergelimang harta yang tak pernah menggenggam kebahagiaan di tangannya.