Masjid Abu Dzar Al-Ghifari, merupakan salah satu masjid yang mencolok dengan serangkaian kesibukannya di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial.
Merdeka.com, Malang - Sekilas masjid Abu Dzar Al-Ghifari memang tidak terkesan megah. Namun, masjid yan berlokasi di tengah-tengah pemukiman Griya Shanta, kota Malang ini memiliki segudang kegiatan yang membuatnya menjadi lebih hidup.
Masjid Abu Dzar Al-Ghifari, pertama didirikan tahun 1996 oleh warga RW 16 kelurahan Mojolangu, kecamatan Lowokwaru, kota Malang. Tak hanya sibuk dengan aktivitas shalat berjamaah lima waktu, masjid ini pun tampak sibuk dengan kegiatan sosial pendidikan. Tak heran, jika masjid ini seringkali dipenuhi oleh anak-anak muda, yang sebagian besar berstatus sebagai mahasiswa. Mengingat, lokasi masjid ini pun yang memang tak jauh dari lingkungan kampus.
Majelis Taklim dengan kajian tematis
Salah satu yang menarim dari masjid Abu Dzar Al-Ghifari adalah kegiatan Majelis Taklim yang dilakukan tujuh hari dalam seminggu. Berada di bawah divisi ketakmiran Lembaga Dakwah, Pendidikan dan Sosial (LDPS), masjid Abu Dzar Al-Ghifari menggelar pengajian setiap hari, selepas salat Maghrib, dan selepas Subuh khusus untuk Jumat hingga Ahad (Minggu).
Dino Sudana, Sekretaris LDPS Masjid Abu Dzar Al-Ghifari mengatakan, materi pengajian yang dibahas setiap harinya disampaikan berdasarkan tema harian. Pengisi materi pun tak hanya satu ustadz saja, melainkan dari beberapa ustad yang memberikan materi secara bergiliran. Sebut saja, Ustadz Andri Kurniawan, Ustadz Azhar Reza, Ustadz Farhan dan lainnya.
Menyinggung tentang tema harian, materi harian yang disampaikan masing-masing:
Senin:Tajkiyatun Nafs, yaitu terkait dengan pengendalian diri, atau pengelolaan emosi.
Selasa:Terjemahan Al-Qur'an
Rabu: Etika seorang muslim
Kamis:Problematika Umat
Jumat:Fiqih
Sabtu:Fiqih
Ahad:Rukyah Syariyah
Menjelaskan tentang tema di hari Ahad, Dino menjelaskan bahwa Rukyah Syariyah yang dimaksud terkait dengan cara melepaskan diri dari penguasaan jin.
"Rukyah itu, bagaimana kita melepaskan diri dari penguasaan jin. Contohnya bagaimana mengatasi orang yang kesurupan, sakit-sakit tertentu, misal santet. Bahkan penyakit fisik itu bisa juga disebabkan oleh jin. Kita kan tahu, kalo jin itu masuk melalui darah", terang Dino, Kamis (27/10).
Tak hanya itu, Masjid Abu Dzar Al-Ghifari juga menggelar pengajian khusus tentang wanita setiap dua pekan sekali. Tepatnya, kajian wanita ini di bahas selepas salat ashar, setiap hari sabtu.
Tentang Pendidikan Islam di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Masjid Abu Dzar Al-Ghifari tak hanya aktif dibidang dakwah, namun masjid ini pun aktif di bidang. Kelembagaan masjid membangun sebuah pondok pesantren yang khusus diperuntukkan bagi mahasiswa atau Pesma.
Pesma Masjid Abu Dzar Al-Ghifari membuka kesempatan kepada siapapun untuk mendaftar, selama menyandang status sebagai mahasiswa. Salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi untuk menjadi santri di Pesma adalah memiliki hapalan, minimal satu juz Al-Qur'an.
Ketua LDPS,Achmadi menjelaskan, terdapat 14 santri yang berada di Pondok Pesantren Mahasiswa (Pesma). Masing-masing santri biasanya menimba ilmu di Masjid Al-Ghifari sekitar dua tahun. Santri Pesma diwajibkan untuk aktif di semua kegiatan masjid, dan terus meningkatkan hapalan Al-Qur'an.
"Kegiatan Pesma itu menggali ilmu-ilmu agama. Belajar hadis, belajar pembacaan al quran, dan hapalan Al-Qur'an", terang Achmadi.
Melengkapi pernyataan Achmadi, Dino selaku sekretaris LDPS menambahkan, bahwa tujuan didirikannya Pesma adalah untuk mencetak para pionir dan penggerak cinta masjid.
"Diharapkan mereka bisa menjadi imam di masjid. Ketika balik kampung mereka bisa mengimami masjid di sana. Selain itu, diharapkan juga menjadi pionir atau penggerak cinta masjid, ketika balik kampung", tutur Dino.
Selain Pesma, Kelembagaan masjid menggandeng Yayasan Al-Fatih mendirikan cabang Kuttab di Malang. Kuttab Al-Fatih merupakan sebuah lembaga pendidikan yang merujuk pada pola tarbiyah pada zaman Rasullallah dan sahabat.
Layaknya sekolah formal pada umumnya, Kuttab Al-Fatih juga dilaksanakan setiap hari Senin-Jumat, pukul 07.00-13.00 WIB. Perbedaannya utama dengan sekolah lainnya terletak pada materi pembelajaran.
Kuttab tak menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Diknas maupun Kemenag, melainkan menggunakan kurikulum yang disusun sendiri. Mengingat sekolah ini merujuk pada pola Tarbiyyah, kurikulum pembelajarannya didasarkan pada hadist.
Kuttab yang didirikan sejak 2014 lalu ini, hanya menerima 3-4 kelas tiap tahunnya. Siswa Kuttab hanya terdiri dari 12 anak setiap kelas, yang dibedakan menjadi Kuttab 1 (5-7 tahun), Kuttab 2 (7-8 tahun), Kuttab 3 (8-9) dan Qunoni (9-12 tahun).
Selain Kuttab, setiap sore Masjid Abu Dzar Al-Ghifari pun diramaikan dengan anak-anak yang belajar mengaji. Ini lantaran, pada sore hari, kelas Kuttab yang kosong dimanfaatkan sebagai Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).