1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Konser Badai Pasti Berlalu jadi mesin waktu kejayaan musik lawas

Konser Badai Pasti Berlalu Plus Yockie Suryo Prayogo tampilkan sejumlah hits musik Indonesia dari akhir 70-an hingga 80-an.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Sabtu, 28 Mei 2016 13:24

Merdeka.com, Malang - Konser Badai Pasti Berlalu Plus Yockie Suryo Prayogo berhasil menciptakan badai ingatan pada para penontonnya. Beragam hits-hits lawan yang ditampilkan membuat penonton bagaikan terhempas badai dan terlempar pada masa-masa muda mereka. Kerumunan penonton yang hadir pada konser ynag digelar jumat (27/5) di Ijen Suites Grand Ballroom ini memang didominasi oleh orang-orang yang memang sudah tampak berumur.

Rata-rata penonton adalah mereka yang tumbuh besar dengan mendengarkan lagu-lagu Yockie Suryo Prayogo pada kisara dekade 70-an dan 80-an. Namun tampak juga beberapa anak muda yang berada di tengah kerumunan untuk menonton konser tersebut.

lagu pertama adalah Jurang Pemisah yang dihadirkan dengan suasan progresif rock yang kental dengan penyanyi Kadri Muhamad & Husein Alatas. Pada lagu selanjutnya, suasana berubah menjadi lebih lembut dan syahdu dengan kehadiran Fryda Luciana yang membawakan tembang berjudul Rindu serta Dalam Kelembutan Pagi.

Belasan lagu dibawakan berganti-ganti oleh deretan penyanyi top seperti Berlian Hutahuruk, Louise Hutahuruk, Keenan Nasution, Fryda Luciana, Kadri Muhammad, Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun (2D), Marcel, Once, Husein Alatas dan Gilang Samsoe. Lagu-lagu hit dari era 70an dan 80-an dibawakan kembali dengan aransemen yang luar biasa oleh Jockie Suryo Prayogo ditemani Indro Harjdjodikoro and Friends.

Dalam konser yang berlangsung selama lebih dari 3,5 jam tersebut, penonton dihajar bertubi-tubi dengan alunan musik yang berganti-ganti dari alunan progresif rock ke pop kreatif. Dua aliran tersebut memang sangat melekat pada diri Jockie Suryo Prayogo, bahkan dia dapat dibilang merupakan salah satu pemicu lahirnya musik pop kreatif dengan album-album garapannya pada akhir dekade 1970-an.

Konser Badai Pasti Berlalu Plus
© 2016 merdeka.com/Rizky Wahyu Permana

Kadang emosi penonton dibawa sangat bersemangat dengan irama progresif rock seperti pada lagu Resesi yang dinyanyikan oleh Once. Namun bisa juga seketika penonton menjadi terbuai dan ikut menyanyikan bersama-sama lagu pop yang lembut seperti Kau Seputih Melati yang dinyanyikan oleh Dian Pramana Poetra.

Ada pemandangan yang cukup menarik ketika Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun (2D) tampil. Penonton yang memang mayoritas memiliki usia 50 tahunan terlihat menjerit melihat kehadiran 2D di atas panggung dan menyanyikan lagu-lagu hits mereka. Jeritan itu terutama keluar dari mulut ibu-ibu yang tampak mengingat kejayaan duet tersebut pada masa lalu.

Namun tentu saja sesuai tajuknya, konser ini mencapai klimaksnya dengan kehadiran Berlian Hutahuruk yang menyanyikan dua hits yang dibuat oleh Jockie Suryo Prayogo bersama Erros Djarot dalam film Badai Pasti Berlalu pada tahun 1977. Dua lagu tersebut adalah Matahari dan Badai Pasti Berlalu. Berlian Hutahuruk masih tetap dapat tampil dalam kondisi yang sangat prima dan suaranya masih mampu menjelajah nada-nada tinggi dari dua lagu legendaris tersebut.

Di tengah-tengah lagu Matahari dan Badai Pasti Berlalu ada sedikit gimmick yang dilakukan Jockie Suryo Prayogo dan MC Ovan Tobing dengan memanggil Erros Djarot yang memang ikut hadir menyaksikan. Di atas panggung, Erros Djarot sempat menceritakan mengenai proses kreatif yang dilakukannya bersama Jockie Suryo Prayogo serta menyanyikan salah satu tembang ciptaannya yaitu Merpati Putih yang dahulu dinyanyikan oleh Chrisye.

Pada penghujung penampilan, seluruh penyanyi dan penampil yang ada sama-sama berada di atas panggung sambil menampilkan lagu Lilin Kecil. Koor massal kembali tercipta pada penonton dan membuat suasana konser semakin terasa hangat dan berbanding terbalik dengan penyejuk udara yang sangat dingin di Grand Ballroom serta hujan yang tak kunjung berhenti di kota Malang pada malam itu.

Tata lampu serta kualitas suara yang cukup sempurna menjadi sebuah nilai tambah dari konser ini. Ditambah dengan aransemen musik yang sangat sempurna, konser ini tidak hanya lagi sebatas ajang nostalgia semata tetapi juga merupakan pengingat terhadap kualitas musik Indonesia pada masa lalu.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Event
  2. Pertunjukkan
  3. Seni
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA