Di pusat kota Malang, dekat jalan Ijen dulu pernah terdapat arena pacuan kuda tempat para tuan dan nyonya Belanda bertaruh mencari kesenangan.
Merdeka.com, Malang - Sebagai salah satu kota yang dikembangkan di masa Hindia Belanda dan banyak dihuni oleh masyarakat Eropa, kota Malang memang dibuat dengan memiliki banyak tempat hiburan. Mulai dari bioskop, gedung pertunjukkan yang megah, societiet yang selalu ramai, hingga arena olahraga yang cukup lengakp dan berkualitas, berbagai hiburan bagi masyarakat elite cukup lengkap di Malang. Salah satu fasilitas hiburan yang cukup elite, besar, dan berada di pusat kota adalah arena pacuan kuda.
Sebagai sebuah olahraga yang dianggap elite untuk masyarakat Eropa, pacuan kuda memang tak dapat dilepaskan dari kehidupan mereka. Oleh karena itu, dengan semakin bertambahnya jumlah masyarakat Eropa dan juga kota yang masih luas maka pada tahun 1938 di wilayah dekat jalan Ijen yang juga merupakan pemukiman elite dihadirkan sebuah lapangan pacuan kuda.
Tempat pacuan kuda ini juga cukup besar karena melingkupi mulai daerah yang kini dikenal sebagai jalan sebelah utara tepatnya di daerah Politeknik Kesehatan Malang hingga ke arah barat sampai jalan Jakarta. Pintu dari arena pacuan kuda ini sendiri menghadap ke timur dan langsung menuju ke daerah yang saat ini disebut sebagai Simpang Balapan.
Sebutan Simpang Balapan ini sendiri juga diyakini berasal dari masa itu ketika masih ada arena pacuan kuda ini. Pada tahun 80-an dan 90-an, julukan Simpang Balapan itu juga menandai wilayah tersebut sebagai tempat anak muda pada masa itu menggeber kencang-kencang gas mobil atau motor mereka. Namun ditarik lebih lama lagi, wilayah tersebut memang berasal dari arena pacuan kuda zaman Hindia Belanda.
Pada masa lalu, biasanya penonton pacuan kuda ini akan bertaruh terhadap kuda-kuda pilihan mereka. Biasanya terdapat juga segelintir masyarakat pribumi yang ikut menikmati pacuan ini namun itu hanya terbatas pada golongan priyayi atau orang-orang yang dianggap memiliki posisi terpandang saja. Dalam pertaruhan itu tentu saja sudah biasa ada yang untung besar namun tak aneh juga jika terdapat orang yang kantongnya kosong karena kalah bertaruh.
Selain sebagai tempat pacuan kuda, arena tersebut juga sempat digunakan sebagai lokasi penyelenggaran acara internasional di Malang. Pada saat itu, lokasi itu dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Jambore Pandu Dunia yang dirayakan di Malang. Pelaksanaan acara tersebut pada medio akhir tahun 1930-an.
Pada masa revolusi fisik, lokasi sebelah selatan dari arena pacuan kuda itu sempat menjadi palagan yang merupakan saksi keberanian barisan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dalam mengadang serangan pasukan sekutu. Jejak keberanian itu masih dapat ditemukan dalam monumen di jalan Pahlawan Trip serta penggantian nama dari yang sebelumnya jalan Salak.
Seiring perkembangan waktu, lahan luas yang semula digunakan sebagai arena pacuan kuda mulai perlahan dibangun menjadi rumah dan sekolah. Hingga akhirnya pada saat ini sudah tak ada sisa dari arena pacuan kuda dan diganti dengan bangunan yang megah dan menduduki wilayah itu. Namun setidaknya dalam catatan sejarah dan nama daerah yang digunakan masih teringat bahwa dulu Malang pernah memiliki arena pacuan kuda.