Seminggu sebelum penangkapan, Syahrul Munif sempat terlibat pertengkaran dengan seorang pembeli, dan akhirnya didamaikan oleh warga setempat.
Merdeka.com, Malang - Syahrul Munif (35), terduga teroris yang diamankan di Kabupaten Malang dikenal sebagai pribadi yang ramah. Namun dalam keseharian memang pendiam dan kurang banyak bergaul dengan lingkungan sekitar kontrakannya.
"Suami-istri pendatang, di situ kontrak, sekitar satu tahun. Rencana mau pindah," kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Tidak ditemukan sesuatu yang aneh dari para penghuni rumah yang sehari-hari berjualan pakaian dan buku-buku agama. Sebagai pedagang, juga kerap bertegur sapa dengan para pedagang lain.
"Saya terakhir bertemu kemarin sore, dia bersama anaknya yang perempuan. Biasa saja. Kemarin sambil telepon lama duduk di sini," katanya.
Hanya saja sekitar beberapa minggu lalu, sempat terlibat pertengkaran dengan seorang pembeli. Karena ramai dengan pembelinya akhirnya didamaikan oleh warga setempat.
"Saat itu, seorang pembeli mengaku sudah membayar tetapi penjualnya merasa tidak menerima uang, akhirnya ramai," katanya.
Saat itu sempat, seorang polisi mengamankan pertengkaran dan berusaha mendamaikan.
Syahrul diamankan Tim Densus 88 Antiteror, Senin (19/6) sekitar pukul 08.30 WIB. Pelaku diamankan sekitar 20 meter dari tempat kosnya di Jalan Wijaya 11 A, Desa Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
"Tepat di pojokan depan toko saya, Pak Syahrul bawa sepeda motor diadang dua mobil sama beberapa orang. Kemudian dibawa ke mobil dan dibawa," kata pemilik toko yang menolak menyebutkan namanya.
Sementara, Slamet Riyati Ketua RT 7, RW 03 mengungkapkan, kalau Syahrul Munif sempat datang ke rumahnya, memberi tahu tentang usahanya berjualan baju. Selain itu juga pernah laporan tentang jumlah keluarga yang tinggal di rumah kontrakan tersebut.
"Orangnya tidak pernah keluar rumah. Tapi sudah lapor ke RT tentang usaha dagangnya," katanya.
Slamet melihat kerap ada keramaian di rumah kontrakan tersebut, tetapi menurutnya hanya kegiatan jual beli saja. Bahkan setiap akhir pekan, terlihat ramai pengunjung.
Slamet tidak tahu menahu kalau Syahrul pernah berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS. Sebagai Ketua RT, dirinya juga tidak pernah bertanya terlalu dalam tentang urusan pribadi.
Sementara itu, usai pemeriksaan dan penggeledahan oleh Tim Densus 88, kegiatan pun kembali seperti sedia kala. Namun, pihak keluarga menolak memberikan komentar saat didatangi media.
Hanya beberapa saat toko tersebut ditutup, tetapi tidak lama kemudian kembali buka. Tampak beberapa kerabat menjemput dua orang perempuan keluar rumah, tetapi toko tetap berjalan normal.