Sebanyak 5 siswa SMA/SMA terjaring razia Satpol PP Kota Malang. Mereka diamankan dari sebuah warnet di kawasan Sawojajar saat jam sekolah.
Merdeka.com, Malang - Sebanyak 5 siswa SMA/SMK terjaring razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang karena bolos sekolah. Tiga remaja laki-laki dan dua perempuan itu diamankan dari sebuah warnet di kawasan Sawojajar saat jam sekolah.
Ikut juga diamankan, dua orang anak laki-laki seusia yang diduga sebagai pacar dua siswi SMK tersebut. Mereka kedapatan berada di dalam ruang warnet berduaan.
Saat terjaring razia, anak-anak tersebut menunjukkan tingkah laku lucu dan aneh-aneh, bahkan beberapa merasa tidak bersalah dengan perbuatannya. Selalu saja berdalih, saat petugas mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
El (17) salah satu siswi yang terjaring tidak sedikit pun menunjukkan kepanikannya, bahkan dengan santai menjawab pertanyaan petugas. Dia berputar-putar saat ditanya nomor telepon orang tuanya.
"Orangtua saya di luar negeri. Saya tinggal sama ayah dan kakak," kata El, di antara kawan-kawannya saat dikumpulkan di Kantor Satpol PP Kota Malang, Selasa (17/1).
Tetapi giliran didesak nama dan nomor telepon ayah dan kakaknya, El dengan santai mengatakan kalau ayah dan kakaknya 'ketemu gede'. Istilah 'ketemu gede' di kalangan masyarakat untuk menyebut istilah kakak-kakakan (bukan kakak sebenarnya) atau ayah-ayahan (bukan ayah sebenarnya).
Lain lagi dengan Fr (17) yang didesak petugas saat kedapatan merah-merah di lehernya mengaku sudah sehari sebelumnya tubuhnya merah-merah, tetapi dibiarkan karena akan hilang sendiri.
Fr juga membantah kalau sedang pacaran dengan teman laki-laki yang juga dirazia oleh Satpol PP. Dia mengaku hanya ketagihan melihat sinetron india Thapki yang tayang di sebuah stasiun TV.
"Dua hari ketinggalan. Hanya melihat Thapki," katanya.
Sementara siswa A (17) kedapatan menyimpan kartun video porno di dalam handphone. Dia mengaku hanya ditonton sendirian pada saat tertentu. "Nonton sendirian. Jangan (dilaporkan) pak, jangan," kata A saat salah satu petugas mengancam melaporkan polisi.
Uniknya dalam tas para siswa dan siswi tersebut tidak ditemukan buku dan alat tulis. Petugas justru mendapatkan handphone, korek, rokok dan alat rias wajah.
Kelima siswa dan siswi tersebut diminta untuk berdiri beri hormat pada bendera Merah Putih dan menghafal teks Pancasila. Di antara mereka pun ada yang tidak hafal Pancasila. Saat ditanya hari sumpah pemuda, hanya satu yang tahu kalau jatuh pada 28 Oktober, namun keseluruhan tidak hafal bunyi teks-nya.
Satpol PP Kota Malang gencar menggelar operasi dengan sasaran anak-anak yang bolos sekolah. Anak-anak sekolah yang berada di warnet dan warung kopi di jam sekolah menjadi sasaran.
"Mereka tidak melakukan kriminal, tetapi melanggar aturan jam sekolah. Sudah 41 siswa yang terjaring dalam dua minggu terakhir," kata R Dandung Djurhaljanto, Kabid Ketertiban Umum Satpol PP Kota Malang.
Dadung juga mengungkapkan kalau setiap operasi selalu menemukan video tidak layak di hanphone para siswa. File tersebut selanjutnya dihapus atas sepengetahuan guru dan orangtuanya. "File kita tunjukkan pada guru dan orangtuanya. Kalau keluarganya mengizinkan baru dihapus," katanya.
Para siswa tersebut selanjutnya diperbolehkan pulang setelah dilakukan pendataan. Kepulangan mereka juga harus dijemput oleh guru atau orang tua siswa.
"Kita berusaha bina untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Saat jam sekolah biasanya kita cari di sekitar sekolah saja," kata Arief Pambudi bagian kesiswaan sebuah SMK yang menjemput siswinya.