1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Mahasiswa UB temukan alat penyerap polusi sekaligus penerangan jalan

Sekelompok mahasiswa UB berhasil membuat Electrees, sebuah alat penyerap polusi yang dapat sekaligus menjadi alat penerangan jalan raya.

© 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Rabu, 08 Juni 2016 09:24

Merdeka.com, Malang - Kebakaran hutan merupakan hal yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kebakaran itu menimbulkan kabut asap, polusi udara bahkan hingga mencemari beberapa negara tetangga.

Untuk mengatasi hal tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya terinspirasi membikin alat penyerap polusi. Dilansir dari Merdeka.com, mereka menamakan pohon elektrik ciptaan mereka tersebut sebagai Electrees (Electronic Trees) yang berfungsi menyerap polusi udara menggunakan silika aerogel.

Electrees itu dibangun oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang didanai Kemenristek Dikti. Mereka terdiri dari Muhammad Fatahillah (Teknik Elektro), Hasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia).

"Prinsip kerja alat ini terdiri dari dua sistem. Sistem pertama adalah sistem fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri. Sedangkan yang kedua adalah sistem respirasi yang berfungsi mengisap polusi udara berupa CO2 ataupun CO," kata Muhammad Fatahillah, Ketua Tim penemu Electrees di Universitas Brawijaya.

Sistem fotosintesis terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini kemudian menjadi sumber tenaga perangkat itu. Daya keluaran yang dihasilkan oleh alat ini sekitar kurang lebih 30 Watt. Electrees juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari.

Mahasiswa Universitas Brawijaya temukan Electrees
© 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko

Sistem kedua, yakni sistem respirasi, terdiri dari silika aerogel berbentuk butiran (granul). Fungsinya menyerap dan mengendapkan karbondioksida serta zat lainnya, dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.

"Silika aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gram CO2 per gadsorbent. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa seperti karbon aktif dan zeolit, silika aerogel lebih besar daya serapnya. Sedangkan prototipe Electrees memiliki 500 gram silika aerogel," kata Hafiz, anggota tim yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem respirasi perangkat.

Kelebihan lain alat itu adalah kemudahannya untuk digunakan. Ketika silika aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, maka pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipakai lagi.

Saat ini, tim sedang bekerja keras mengembangkan sistem pelacak perangkat supaya energi ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Mereka optimis dalam waktu dekat sistem itu dapat difungsikan.

Jadi, nantinya alat itu akan otomatis mengikuti arah sinar matahari. Ketika pagi alat itu akan menghadap timur, lalu mengikuti posisi matahari sampai sore. Ketika sore, posisinya akan lurus menghadap ke atas. Ketika tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam.

Pengembangan purwarupa Electrees, sejauh ini telah menghabiskan dana Rp 4 juta. Namun untuk aplikasi di lapangan kemungkinan dibutuhkan ukuran perangkat lebih besar lagi.

Tim bimbingan Ir. Nurusa'adah, MT, ini berharap bisa bekerjasama dengan pemerintah agar Electrees dapat diterapkan di jalan raya atau pusat industri untuk mengurangi kadar polusi udara serta sebagai penerangan jalan raya.

"Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor. Saat ini bisa dipastikan polusi udara di kota-kota besar khususnya, semakin meningkat," kata anggota tim, Lutfiyatul.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Pendidikan
  2. Teknologi
  3. Universitas Brawijaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA