Merdeka.com, Malang - Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi kalimat sadisme sempat resahkan orangtua murid. Menanggapi kondisi tersebut, penerbit memberikan respon cepat dengan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat umum. Pihak penerbit mengakui adanya kelalaian sehingga LKS Bahasa Indonesia untuk kelas IV itu lolos ke pasaran.

Kepala Divisi Redaksi PT Jepe Press Media Utama, Supolo Setyo Wibowo, mengungkapkan adanya human error (kesalahan manusia) dalam proses pengerjaannya. Terdapat standar operational procedur (SOP) yang terlanggar, sehingga kata-kata kurang patut untuk anak-anak itu lolos di pasaran.

"Kami meminta maaf. Kesalahan ini terjadi atas nama tim, tetapi secara personal telah menjatuhkan sanksi. Jujur human error, tidak ada unsur kesengajaan," kata Supolo Setyo Wibowo di Kabupaten Malang, Kamis (24/8), seperti dilansir dari merdeka.com.

Supolo mengungkapkan, SOP proses penyusunan hingga percetakan telah terlanggar. Sehingga kata-kata tersebut lolos dan terdistribusi kepada masyarakat dan para siswa. "Sudah ada pengecekan, hanya saja lolos," tegasnya.

LKS Brilliant tersebut memuat kalimat-kalimat bernuansa sadisme di beberapa halamannya. LKS tersebut menarasikan pembunuhan wanita dengan cara memenggal kepala korban dan memasukkan ke dalam kaleng.

"Saya mengetahui berita di televisi, ada seorang wanita membunuh sahabat karibnya. Kepala wanita tersebut dipenggal dan disimpan dalam kaleng. Padahal dia tidak bersalah," demikian tertulis dalam buku tersebut.

LKS tersebut, kata Supolo tersebar di sejumlah kota di Indonesia, termasuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) di Kabupaten Malang. Atas kesalahan tersebut, pihaknya akan melakukan penarikan dan menggantinya dengan produk baru.

"Ada sekitar 4 ribu buku yang akan ditarik, sementara 800 beredar di kecamatan-kecamatan di Malang Raya," katanya.

Pengarang mengambil cerita tersebut saat melihat berita di televisi, kemudian ditulis dan dimunculkan pada beberapa pertanyaan. Semua mengalir tanpa ada unsur kesengajaan.

"Kami akui kalimat itu tidak pas untuk anak-anak kelas 4 SD," tegasnya.

LKS tersebut dijual dengan sistem retail oleh para sales ke sekolah-sekolah dan toko. Sehingga selain digunakan di SD/ MI di Kabupaten Malang, juga ditemukan di tempat-tempat les. Karena memang dijual secara bebas di pasaran. Secara teknis, pihaknya menilai kesulitan untuk menarik LKS yang dimiliki secara pribadi. Sementara untuk toko dan sekolah akan secepatnya dilakukan penarikan.

PILIHAN EDITOR

• Lengah saat bermain, balita terjatuh ke dalam sumur
• Miris,orangtua paksa anak ngemis, dilarang pulang sebelum capai target
• Tak diduga, LKS SD berisi kalimat sadisme beredar di Malang
• Janjikan masuk PTN, Anggota DPRD tipu warga ratusan juta
• Terlibat kasus penipuan, Anggota DPRD jalani sidang Badan Kehormatan
• Rugi ratusan juta, korban penipuan anggota DPRD berharap uang kembali