Ingin hasilkan sinergi berkualitas untuk perkembangan ilmu kedokteran, Prodia jalin kerjasama bidang pendidikan dan penelitian dengan FK-UB.
Merdeka.com, Malang - Melalui Memorandum of Understanding (MoU), laboratorium Klinik Prodia menjalin kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) Malang. Berlokasi di Gedung Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, kerjasama tersebut diresmikan melalui penandatanganan Mou oleh kedua belah pihak, Jumat (04/11). Kerjasama tersebut meliputi hubungan timbal-balik terkait pengembangan penelitian ilmiah di bidang kedokteran, khususnya biomedik.
Mengusung visi untuk menjadi layanan kesehatan terpercaya menuju Next Generation Health Care, Prodia kini telah menjadi laboratorium klinik terbesar di Indonesia. Tersebar di 30 provinsi di tanah air, Prodia hadir dengan 28 laboratorium klinik, dan 251 outlet. Prodia memberikan pengobatan yang berbeda pada setiap individu, karena disesuaikan dengan gen individu yang bersangkutan. Tujuannya agar penyakit lebih dini dan lebih tuntas.
Menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Prodia menjalin kerjasama bidang kesehatan dengan menyediakan fasilitas laboratorium dan clinical training bagi penelitian ilmiah, khususnya di bidang penelitian dasar dan biomedik. Kerjasama tersebut, diresmikan melalui MoU yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, Jumat (04/11).
Direktur Utama PT. Prodia Widyahusada, Dewi Muliaty mengungkapkan, kerjasama antara FK-UB dan Prodia sebenarnya sudah dijalin sejak lama. Namun, kerjasama tersebut masih berjalan secara individual antara dokter UB dengan prodia.
"Sebenarnya, kerjasama ini sudah cukup lama ya, antara FK-UB dengan Prodia. Jadi sudah banyak dokter yang melakukan penelitian di lab research kami.
Namun, kerjasamanya ini antara dokter secara individual dengan prodia malang, kemudian nanti lab research kan ada di jakarta", terang Dewi.
Meneruskan kerjasama tersebut, Prodia kemudian menggandeng FK-UB secara kelembagaan untuk bersama-sama mengembangkan penelitian tertentu, yang sekiranya bisa melibatkan kedua pihak.
"Bisa lebih luas lagi pemanfaatan fasilitas, kemudian pengembangan program penelitian tertentu yang memang diperlukan oleh kedua belah pihak", lanjut Dewi.
Terkait dengan penelitian, Dewi mengharapkan kerjasama tersebut memunculkan pengembangan pemeriksaan baru dibidang kedokteran yang bermanfaat bagi masyarakat. Dewi memberikan contoh, penelitian di bidang jantung.
Sebuah pemeriksaan untuk diagnosis yang lebih baik untuk penyakit jantung, tentunya akan melibatkan ahli jantung. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk meninjau manfaat klinis pada pasien, sehingga penyakit jantung bisa terdeteksi lebih baik. Termasuk dalam hal monitoring obat. Pasien akan dimonitoring untuk efek obat tertentu bagi jantung.
"Dengan pemeriksaan tersebut, nanti kalau telah terbukti di penelitian, bisa di pakai untuk penelitian di laboratorium bagi masyarakat. Ada penelitian yang seperti itu, ada penelitian yang sifatnya basic research," terang Dewi.
Hal senada disampaikan Dekan FK-UB, dr. Sri Andarini, kerjasama antara Prodia dan FK-UB layaknya gayung yang bersambut. Selama ini, FK-UB ternyata masih belum memiliki Clinic Trial sendiri, sebagai sebuah penunjang penelitian ilmiah.
Penelitian di FK-UB, kata Andarini, hanya sampai disertasi, belum bisa berwujud dalam masyarakat. Salah satu kendalanya, adalah hasil penelitian yang ada, hanya pernah diujikan kepada tikus. Sedangkan, untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan aman, maka perlu melakukan tahap pengujian pada manusia melalui Clinical Trial.
Menjelaskan tentang Clinical Trial, Andarini memberikan contoh tentang penelitian tentang manfaat cimplukan bagi tubuh manusia. Cimplukan, kata Andarini, mengandung sejumlah nutrisi, seperti antioksidan, dan lainnya yang dibutuhkan tubuh. Sayangnya, penelitian yang dilakukan masih pada tahap uji coba pada tikus, belum sampai tahapan uji coba pada manusia. Sedangkan, untuk melakukan uji coba pada manusia, dibutuhkan tahapan yang panjang untuk sampai pada sebuah kesimpulan yang valid dan aman.
"Nah ini yang namanya clinikal trial, kan harus diuji cobakan ke manusia. Karena selama ini kan diuji cobakan ke tikus, belum ke manusia. Jadi memang, untuk mengujicobakan ke manusia itu, itu tidak mudah,membutuhkan perjalanan yang panjang," tutur Andarini.
Bertemu di titik tengah yang saling menguntungkan kedua pihak, Prodia menawarkan fasilitas laboratorium researh beserta pengalaman di bidang clinical research, untuk hasil-hasil penelitian setengah jalan yang dimiliki oleh FK-UB. Dengan demikian, FK-UB pun mendapatkan kemudahan fasilitas untuk mendukung mahasiswa maupun staff untuk mendukung penelitian-penelitian ilmiah yang tengah dijalankan.