1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Inovatif, mahasiswa UB bikin aplikasi belajar bahasa isyarat Indonesia

Mahasiswa Universitas Brawijaya, berhasil buat aplikasi belajar bahasa isyarat Indonesia.

© 2016 merdeka.com/Arie Sunaryo. ©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Jum'at, 15 Juli 2016 16:31

Merdeka.com, Malang - Menyadari orang-orang berkebutuhan khusus (difabel) memiliki kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan, sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) telah merevisi persyaratan masuk bagi difabel pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Kebijakan ini membuka peluang mereka yang berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi layaknya mahasiswa yang masuk dari jalur reguler. Universitas Brawijaya (UB) mulai membuka jalur seleksi calon mahasiswa berkebutuhan khusus atau difabel sejak 2012 dengan nama Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD).

Berbaurnya mahasiswa dari program reguler dengan mahasiswa difabel menuntut adanyan sebuah komunikasi yang jelas agar kedua belah pihak dapat saling berinteraksi. celah inilah yang kemudian menginspirasi Bambang Cahyo Soetrisno, mahasiswa Informatika Universitas Brawijaya membuat Aplikasi Edukasi Belajar Bahasa Isyarat Indonesia.

Bercampurnya mahasiswa dari program reguler dengan mahasiswa difabel membuat kebutuhan akan komunikasi menjadi penting agar bisa saling dimengerti oleh kedua belah pihak. Kebutuhan ini membuat Bambang Cahyo Soetrisno, mahasiswa Informatika Universitas Brawijaya membuat Aplikasi Edukasi Belajar Bahasa Isyarat Indonesia. Bambang mempelajari bahasa isyarat dan mentransformasi menjadi sebuah aplikasi.

"Aplikasi yang dibuat untuk dioperasikan pada perangkat android dengan beberapa fitur, yaitu pencarian suara, pencarian teks dan fitur daftar kosa kata dasar," kata Bambang Cahyo Soetrisno di Universitas Brawijaya, Kamis (14/7), seperti yang dilansir melalui merdeka.com.

Setiap fitur dibuat dengan tujuan membantu pengguna mencari kata yang ingin dipelajari bahasa isyaratnya. Setiap fitur menyuguhkan metode pencarian yang berbeda, yaitu melalui suara, teks dan kosakata.

Fitur pencarian suara, pengguna tinggal mengucapkan kata yang ingin dicari dengan menggunakan perangkat microphone. Maka kemudian akan muncul kata yang diinginkan beserta video cara memperagakan bahasa isyaratnya.

Pada fitur pencarian teks, pengguna aplikasi tinggal mengetik kata yang dikehendaki dan tekan tombol cari. Maka akan keluar kata yang diinginkan beserta video peragaan bahasa isyaratnya.

Sedangkan pada fitur daftar kosa kata, pengguna aplikasi tinggal memilih kata yang diinginkan dari daftar yang ada. Lewat satu sentuhan dapat memunculkan video peragaan bahasa isyaratnya.

Bambang mengaku dalam pengembangan aplikasi ini, dirinya banyak mendapat bantuan dari teman-teman penyandang difabel miliknya. Salah satunya dari Marquel Dwi Putranto, mahasiswa penyandang tuna rungu yang menjadi model untuk video peragaan bahasa isyarat pada aplikasi ciptaannya.

"Dari hasil survei pada teman-teman difabel, saya sudah mendapatkan daftar 400 kata yang menurut mereka biasa atau sering digunakan sehari-hari. Tapi baru 200 kata yang sudah dibuat videonya dan bisa diakses di aplikasi. Teman-teman saat dimintai bantuan langsung merespon positif. Jadi tidak ada kesulitan," ungkapnya.

Bambang mengakui, aplikasi yang dibuatnya tersebut membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Selain tambahan kosa-kata, aplikasi tersebut juga membutuhkan perbaikan kualitas video peraga serta perbaikan untuk kenyamanan pengguna.

Meskipun begitu, aplikasi ini telah diakui keunggulannya dengan dinobatkan sebagai juara 2 dalam ajang Hackathon Indonesia Android Kejar 2016 pada 25 26 Mei 2016. Kompetisi tersebut digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang ditujukan khusus bagi para pengembang aplikasi di Indonesia dengan dukungan Google Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Bukalapak.

Dari 2.500 partisipan lima aplikasi terbaik yang terpilih sebagai juara. Ajang tersebut juga menghadirkan juri yang kompeten yaitu Ananto Kusuma Seta (Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk Inovasi dan Daya Saing), Andrew Kurniadi (Google Developer Expert, Android), Sanny Gaddafi (Google Developer Expert, Product Strategy), Sigit Adinugroho (Freelance UX Designer) dan Hasanul Hakim (Kepala Aplikasi Mobile Bukalapak).

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Kampus
  2. Pendidikan
  3. Universitas Brawijaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA