Bordir Malangan laku keras di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas ) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Tarakan.
Merdeka.com, Malang - Bordir Malangan laku keras di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas ) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Tarakan. Rasa puas diungkapkan Sri Rahayu Rovidi, owner Marsalia Embroidery, home industri peserta dari Kota Malang.
Marsalia Embroidery dipilih Dinas Perdagangan Kota Malang ikut pameran produk unggulan kota-kota Apeksi di Islamic Center Taman Berkampung Kota Tarakan. Produk Marsalia Embroidery, yang menjadi home industri binaan Pemerintah Kota Malang itu, dinilai mampu menarik minat pengunjung dan membeli produknya.
"Saya tak menyangka seantusias ini, kemarin kami bawa produk hingga over load bagasi, tapi ternyata masuk hari ke-2 pameran sudah habis stock. Sehingga kami datangkan lagi barang dari Malang," tutur Sri Rahayu.
Produk-produk keseharian seperti mukena, daster, sandal dan dompet, mampu menarik konsumen dan laris manis 'bak kacang goreng'. Khususnya daster dengan aksen Malangan sulam hand made menjadi primadona, hingga tercatat putaran omzet sehari mencapai Rp 9 juta.
Ketua TP PKK Kota Malang, Widayati Sutiaji pada saat mengunjungi stand menyatakan kegamumannya dengan produk yang ditampilkan.
"Kata kuncinya adalah memberi sentuhan yang berbeda, unik dan khas. Orang mungkin melihat produk daster menjadi hal biasa dan umum, namun di tangan bu Sri Rahayu dengan galeri Marselia Embroiderynya, ternyata mampu memberi daya tarik serta minat sendiri. Terlebih model hand made sulam bordir pada daster sudah menjadi ciri khas kota Malang dan belum ada di Kota Malang," ujar Widayati.
Marselia Embroidery, kata Widayati berangkat dari usaha kerajinan perorangan dan kini tumbuh dengan 30 pekerja. Maka PKK Kota Malang akan ikut menopang program Pemkot untuk melakukan pendampingan kepada usaha yang dirintis para perempuan agar menjadi penopang ekonomi.
Sementara Sri Rahayu menceritakan, usahanya dirintis tahun 2010 sebagai usaha perorangan. Usaha bordirnya mulai ikut binaan Pemkot Malang tahun 2011.
"Dari kesulitan akses dan berkembang, serta dapat info teman untuk berkonsultasi ke Dinas Koperasi Kota Malang di 2011, maka saya berkonsultasi ke sana. Dari situ, kami sering mendapat pendampingan dan diajak pada misi pameran sehingga dapat tumbuh kembang serta dikenal masyarakat, "tutur Sri Rahayu.
Bahkan dalam perkembangannya, Marselia Bordir mampu menembus pangsa luar negeri di antaranya Dubai, Turki dan Singapura.
"Kalau pasar nusantara secara umum sudah masuk, dan itu dimungkinkan karena selama ini produk-produk kami hampir sepenuhnya dipercaya ibu ibu Persit dan Bhayangkari. Sehingga membantu kemudahan pemasarannya," ujar perempuan berjilbab ini.
Marselia Bordir sebelumnya juga pernah dipercaya Inacraft pada pameran dagang di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, home industri yang memiliki workshop di Jalan Terusan Sudimoro dan galery di Griya Shanta ini, secara langsung dipercaya oleh Ketua TP PKK provinsi Jawa Timur, Nina Soekarwo dalam ajang fashion.
"Sebagai bentuk kecintaan dan kebanggaan kami terhadap Kota Malang, dalam waktu dekat kami akan menggelar Lenggang Bordir Malangan," info Sri Rahayu.
Sri Rahayu menyampaikan harapan kepada Pemkot Malang untuk terus mengajak home industri dalam setiap ajang pameran dagang. Selain peningkatan bantuan modal yang memang sangat dibutuhkan.
"Selama ini sudah mendapat dukungan dari perbankan. Namun karena permintaan tinggi, produksi tidak mampu mengimbangi karena untuk meningkatkan biaya produksi. Seringkali terkendala jaminan yang terlalu tinggi," keluhnya.
Sementara Wahyu Setianto, Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang menyadari dengan permasalahan tersebut. Apalagi bagi UMKM, home industri yang memang berangkat dari usaha perorangan dan rumahan.
"Saat pasar semakin besar sering tak terantisipasi," katanya
Pihaknya mencoba komunikasi guna mendapatkan skema pinjaman permodalan yang familier dan supporting bagi penguatan kelompok kelompok industri rumahan dan UMKM.
Kata Wahyu, data 2017 jumlah industri di Kota Malang sebanyak 3.045 dan di antaranya adalah IKM sebanyak 2.905 dan industri menengah ke atas sekitar 140.