1. MALANG
  2. KABAR MALANG

4 Mahasiswa UB temukan mesin untuk percepat fermentasi yoghurt

Empat mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil membuat sebuah mesin yang dapat mempercepat proses fermentasi yoghurt.

Authomatic Yoghurt Bioreactor (Aytron) © 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Sabtu, 14 Mei 2016 09:02

Merdeka.com, Malang - Empat mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil membuat sebuah mesin yang dapat mempercepat proses fermentasi yoghurt. Alat tersebut diberi nama Authomatic Yoghurt Bioreactor atau Aytron.

Dilansir dari Merdeka.com, penemuan tersebut terinspirasi dari masyarakat Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang yang ingin meningkatkan nilai jual susu. Masyarakat yang merupakan kumpulan para peternak penghasil susu tersebut tergabung dalam kelompok Dworowati.

Empat mahasiswa UB tersebut memikirkan cara agar proses fermentasi berjalan lebih cepat dari yang sebelumnya bisa 12 hingga 18 jam. Akhirnya kelompk yang terdiri dari Mas Wisnu Aninditya (Pertanian, 2013), Nada Mawarda Rilek (Pertanian, 2013), M. Ghadafy (Teknik Elektro, 2013) dan Sri Handayani Nofiyanti (Pertanian, 2014) menggagas mesin Authomatic Yoghurt Bioreactor.

Temuan mereka mengkombinasikan antara teknologi pemanasan electrical heating dan fuzzy logic control. Electrical heating sendiri merupakan sistem pemanasan yang mampu meratakan panas.

"Untuk mendukung kinerja electrical heating, maka bioreaktor dilengkapi dengan fuzzy logic yaitu sistem kontrol cerdas yang dapat diimplementasikan pada suhu bioreaktor yoghurt," kata Wisnu, Kamis (12/5).

Aytron menggunakan algoritma fuzzy logic agar suhu menjadi lebih stabil dan panas yang cepat merata. Sehingga pemanasan menjadi lebih cepat dan dapat meminimalisir error.

"Proses pembuatan yoghurt hanya memerlukan waktu 4-6 jam dan tingkat kegagalan proses menjadi rendah," ujarnya.

Jika menggunakan proses konvensional membutuhkan waktu sekitar 12 sampai 18 jam. Proses konvensional selama ini menggunakan fermentasi pada wadah tertutup dengan suhu ruang antara 18 sampai 270 derajat celsius.

"Selain itu masih rentan terjadinya kontaminasi sehingga tingkat kegagalan masih tinggi," tegasnya.

Dengan proses konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh kelompok Dworowati, produksi berkisar pada angka 50 liter per hari. Selain itu tingkat kegagalan juga menjadi kekhawatiran dan dapat menyebabkan dampak kerugian.

"Peningkatan produksi juga dikhawatirkan dapat meningkatkan kerugian besar dalam produksi karena kegagalan proses. Akibatnya banyak permintaan pasar yoghurt Dworowati tidak dapat terpenuhi dan menurunkan daya saingnya," ujarnya.

Aytron, kata Wisnu, dapat meminimalisir persoalan serupa yang dihadapi kelompok Dworowati. Selain itu, alat tersebut akan mempercepat proses produksi dan menekan tingkat kegagalan menjadi sangat rendah.

Aytron dapat menjadi bioreaktor yoghurt pada proses fermentasi yang bekerja secara otomatis. Selama bekerja, alat ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan suhu optimal pertumbuhan starter, yakni bakteri Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Termophillus. Proses fermentasi yoghurt biasanya akan terjadi pada suhu 430 derajat Celcius.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Pendidikan
  2. Universitas Brawijaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA