1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Stasiun Kota Baru dibangun untuk bertahan dari serangan bom

Stasiun Kota Baru dibangun kala Perang Dunia II mengancam sehingga memiliki spesifikasi tahan serangan bom.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Sabtu, 06 Agustus 2016 18:45

Merdeka.com, Malang - Sebagai akibat dari semakin berkembangnya kota Malang di masa lalu, telah muncul jalan kereta api yang menghubungkan antara Malang dengan wilayah-wilayah kota lain. Tercatat jalan kereta api Surabaya-Malang sudah dibuka sejak tahun 1878. Hanya saja pada masa itu stasiun kereta api utama kota Malang masih terletak di stasiun Kotalama.

Ketika Malang telah berubah status menjadi staatsgemeente atau kotamadya, terjadi perancangan ulang terhadap berbagai wilayah yang ada di Malang. Salah satunya adalah memindah pusat keramaian kota dengan membuat perempatan rajabali antara jalan Kahuripan, jalan Semeru, dan jalan Kayutangan sebagai pusat kota. Untuk membuat hal ini, stasiun utama kota Malang juga perlu untuk dipindah ke lokasi yang tidak terlalu jauh.

Seperti layaknya kota-kota di Eropa, stasiun kota Malang akhirnya dipindah di wilayah yang terletak di pusat kota. Pemindahan stasiun ini telah direncanakan sejak tahun 1927 hingga kemudian baru disetujui pada 1930. Sebelumnya di wilayah tersebut juga sudah terdapat stasiun hanya saja menghadap ke wilayah timur tepatnya ke wilayah militer di Rampal atau jalan Panglima Soedirman saat ini.

Pemindahan stasiun ini menyebabkan muka dari stasiun berpindah menghadap ke barat langsung menuju alun-alun bunder. Untuk menambah megah wilayah tersebut, pada tahun 1938 jalan di depan museum dibangun berupa jalan kembar dengan taman di bagian tengah atau yang biasa disebut sebagai boulevard.

Bangunan stasiun ini sendiri cukup unik karena menggunakan gaya arsitektural kolonial modern yang saat itu tengah berkembang. Pada waktu perancangan dan pembangunan stasiun ini, sedang berkembang desas-desus akan meletusnya Perang Dunia II di Hindia Belanda. Pembangunannya dilakukan pada sekitar tahun 1940-an.

Dengan pertimbangan seperti itu, desain stasiun ini dibuat untuk mengantisipasi jika akan terjadi perang. Salah satu buktinya adalah terowongan yang menghubungnkan antara satu jalur kereta ke jalur lain. Selain itu struktur bangunan dibuat dari beton dengan sistem konstruksi rangka beton, dan dindingnya pengisinya dari batu bata.

Cara membangun seperti itu dibuat agar bangunan stasiun tetap dapat bertahan jika terjadi serangan bom. Jika terdapat bom meletus, maka konstruksi utama bangunan akan tetap utuh dan hanya batu batanya saja yang roboh. Struktur atap dari stasiun ini juga dibuat dengan pelat beton yang ketebalannya cukup untuk melindungi dari serangan bom.  

Walaupun sangat mengutamakan aspek keselamatan orang di dalam stasiun, arsitektur dari bangunan ini juga sangat diperhatikan. Gaya yang diterapkan untuk bangunan ini biasa disebut International Style yang berkembang pada era tahun 1920-1940 dengan gaya bangunan yang fungsional dan cukup minimalis.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Ngalam lawas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA