1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Merawat ingatan budaya melalui Festival Kampung Cempluk 7

Gelaran ketujuh Festival Kampung Cempluk dibuka dengan sebuah ritual kuno untuk menandai sejarah wilayah tersebut.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Rabu, 21 September 2016 11:31

Merdeka.com, Malang - Salah satu festival kebudayaan terbesar di Malang Raya telah resmi kembali dibuka. Pada selasa (20/9), gelaran tahun ketujuh Festival Kampung Cempluk telah resmi dimulai. Pembukaan acara itu sendiri dilakukan pada selasa sore dengan diawali oleh pawai budaya dari masyarakat RW 1 dan RW 2. Masing-masing RT di RW tersebut mengirmkan perwakilan mereka dalam pawai budaya tersebut.

Pembukaan gelaran pada tahun ini juga terasa cukup spesial karena diawali dengan sebuah upacara kuno yang disebut Manusuk Sima Thani Kalisanga. Dijelaskan oleh Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang bahaw upacara ini sendiri merupakan upacara yang dilakukan untuk menetapkan sebuah wilayah sima atau perdikan.

Wilayah sima atau perdikan sendiri dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang diberikan sebuah kelebihan khusus ataupun kebebasan. Berdasar sumber sejarah, pada masa lalu wilayah desa Kalisongo yang merupakan lokasi kampung Cempluk merupakan sebuah desa perdikan pada kisaran tahun 1200-an Masehi.

Upacara yang dilakukan ini sendiri menggunakan berbagai simbol dan tata urutan dengan berpatokan pada kegiatan yang sama di masa lalu. Prakarsa dari pelaksanaan upacara ini kembali berasal dari Karang Taruna yang memang menjadi pelaksana utama bagi kegiatan kali ini.

Festival Kampung Cempluk 7
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Para generasi muda yang melaksanakan kegiatan ini tidak hanya sekedar menyelenggarakan sebuah festival yang berisi stan-stan penjual serta panggung kebudayaan semata. Namun lebih dari itu mereka membuat sebuah upacara awal untuk merawat kembali ingatan mereka tentang asal mula kampung tersebut serta berbagai ritual yang menyertainya.

Pada malam hari setelah pawai pembukaan Festival Kampung Cempluk 7, kegiatan dilanjutkan dengan berbagai panggung yang menyediakan berbagai kesenian. Menariknya seni yang ditampilkan tidak hanya yang tradisional saja, tak jarang seni kontemporer dengan bentuk eksperimental turut hadir dan mendapat sambutan positif dari masyarakat.

Pada tahun ketujuh Festival kampung Cempluk ini, kegiatan yang dimaksudkan menjadi hari raya kebudayaan bagi masyarakat sekitar ini mengangkat tema Cempluk Berbagi Ide. Dengan tema berbagi ide itu, diharap pada gelaran ketujuh ini siapapun dapat melakukan respons terhadap ruang-ruang yang disediakan di kampung serta terjadi proses berbagi dan bertukar ide.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan yang dilaksanakan mulai 20 hingga 24 september ini mengangkat tema berbeda tiap malam. Hari pertama diisi oleh pawai budaya serta pentas kampung Cempluk. Pada hari kedua, yaitu 21 september, tema yang diangkat adalah Cempluk Bersastra. Hari ketiga (22/9) mengangkat tema Cempluk Berbunyi & Bernyanyi, hari keempat (23/9) dengan tema Cempluk bergerak, dan ditutup dengan tema Saling Silang Bunyi pada hari terakhir (24/9).

Selain berbagai panggung pertunjukkan, akan diadakan juga sarasehan budaya. Tidak ketinggalan juga untuk mengenang masa lalu akan hadir juga berbagai wahana budaya serta berbagai permainan tradisional.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Pertunjukkan
  3. Seni
  4. Sobo Kampung
  5. Kampung Cempluk
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA