Mengungkap hal-hal yang membuat sebuah keris bertuah. Simak di sini!
Merdeka.com, Malang - Layaknya pengetahuan umum, keris merupakan senjata berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya. Bentuk keris yang unik membuatnya terlihat berbeda dari senjata tajam lainnya. Tak hanya berbentuk unik, ternyata keris menyimpan kisah bertuah yang layak untuk disimak.
Wahyu Eko Setiawan, atau yang akrab disapa Ki Wahyu berbagai segelintir kisah tentang keris. Ki Wahyu merupakan mpu pembuat keris yang pun mendirikan galeri keris bernama Jagad Gumelar.
Keris kata Ki Wahyu memang bertuah, karena bahan yang digunakan untuk membuatnya pun memiliki energi. Sehingga semedi menjadi salah satu ritual yang harus dilakukan untuk menempa senjata bertuah tersebut.
"Keris itu memang bertuah. Karena besinya sendiri sudah mengandung energi. Jadi untuk membuat keris juga butuh sejenis semedi, karena keris itu adalah doa, harapan," tutur Ki Wahyu kepada merdeka.com, Jumat (25/11) lalu.
Ki Wahyu menjelaskan, nilai keris setidaknya dilihat dari empat hal, yakni bahan, garap, warongko, dan perhiasan yang digunakan. Kersi umunya dibuat dari bahan utama logam seperti baja, besi, dan pamor.
Nilai garap, dilihat dari segi bilah atau seni ukir keris. Kayu pembungkus keris pun tak sembarangan. Kayu yang digunakan pun diyakini memiliki tuah, seperti kayu kemuning, kayu timoho, cendana, awar-awar dan lainnya. Perhiasan yang menempel pada badan keris pun meyimpan nilai, seperti berlian atau perhiasan lainnya.
"Ada perhiasannya. Biasanya ada berliannya, teritisnya, itu yang menentukan mahal tidaknya sebuah keris," terang Ki Wahyu.
Membahas tentang keris, kata Ki Wahyu, secara garis besar akan membahas dua hal, yakni eksoteris dan esoteris. Eksoteris merupakan kekuatan yang nampak dari sebuah keris. Sebaliknya, esoteris merupakan kekuatan yang tidak nampak, seperti kekuatan mistis atau gaib yang ada di dalamnya. Keduanya merupakan energi yang dimiliki oleh keris tersebut. Ki Wahyu menyebutkan, energi tersebut muncul dari bahan yang digunakan untuk membuat keris tersebut.
"Sebenarnya itu adalah energi. Besi itu kan mengandung energi. Nah, kekuatannya itu ada situ," ungkap Ki Wahyu.
Saat keris dibuat, setidaknya ada tiga energi yang harus dikelola, yakni energi dari bahan keris, energi si pembuat keris dan energi dari si pemakai keris. Terkait bahan, energi yang dikeluarkan dari berbagai jenis bahan pun berbeda, tergantung pada kadar elektromagnetik yang ada di dalamnya. Manusia pun, kata Ki Wahyu, memiliki energi yang nampak luar dan energi yang tidak nampak atau lebih dikenal dengan istilah tenaga dalam.
"Manusia juga memiliki energi. Energi nampak luar kayak misalkan kita mukul orang. Atau energi tenaga dalam, misalkan aku mukul orang dari jauh tanpa menyentuhnya, dia jatuh. Nah, membuat keris itu bagaimana kita menyatukan energi tersebut. Menyatukan energi pembuat, energi keris dan energi pemakainya," tandasnya.