Ada yang tak biasa dengan gunung Mujur. Simak mitos yang berkutat di sekelilingnya di sini!
Merdeka.com, Malang - Gunung Mujur, memang tak lebih populer dari Gunung Bromo atau Semeru. Meskipun begitu, gunung yang terletak di lereng gunung Arjuna ini cukup familiar di telinga para pecinta sepeda downhill maupun motor trail. Ini lantaran, karakter gunung yang didominasi oleh turunan tapi minim tanjakan, membuatnya cukup disukai kawanan pecinta downhill untuk berlatih. Jaraknya yang tak jauh dari pusat kota Malang dan kota Batu, juga membuat gunung ini sering dikunjungi, terutama di akhir pekan.
Secara administratif, gunung Mujur terletak di desa Taman Harjo, kecamatan Karangploso, kabupaten Malang. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 655 meter dari permukaan laut(Mdpl). Hutannya yang masih terawat membuat udara di sekitar gunung terasa sejuk dan nyaman. Meskipun, di beberapa titik, area gunung telah berubah menjadi lahan pertanian penduduk setempat.
Menelusuri jalan setapak gunung Mujur, tak hanya keindahan alam yang bisa dinikmati di gunung ini. Beberapa mitos seputaran gunung Mujur pun cukup santer terdengar di telinga para pengunjung. Beberapa diantaranya seperti berkah kemujuran yang bisa didapatkan siapa pun yang datang berkunjung, baik berupa rejeki, jodoh, penglarisan dan lainnya. Terutama, jika pengunjung datang pada hari Jumat Legi.
Namun, hal sebaliknya akan terjadi jika pengunjung berperilaku negatif di gunung ini. Mitos menyebutkan, siapapun yang berkata kotor maupun bersikap buruk saat sedang berada di gunung ini, diyakini akan mendapat celaka. Aturan yang serupa berlaku bagi mereka yang terlalu banyak mengeluh saat berada atau berjalan di gunung ini. Mitosnya, apapun yang dikeluhkan, bakal benar-benar terjadi pada orang yang mengeluh tersebut.
Selain mitos tersebut, terdapat dua mitos lainnya yang terbilang cukup populer dan legendaris di gunung mujur. Pertama, yakni mitos terkait makam keramat yang memang ditemukan di gunung Mujur. Kedua, yakni mitos tentang candi Telih, sebuah situs bersejarah yang meninggalkan kisah pertemuan Ken Arok dan Ken Umang.
Mendaki puncak gunung Mujur, terdapat dua makam yang kerap menjadi tujuan kedatangan para pengunjung. Untuk mencapai makam tersebut, pengunjung harus rela menaiki anak tangga sejauh 100 meter.
Terdapat dua makam yang terdapat di area tersebut. Posisi kedua makam tersebut berlawanan, namun tidak berjauhan. Satu makam membujur dari Utara ke Selatan, sedangkan makam lainnya membujur dari Timur ke Barat.
Beberapa rumor beredar terkait dengan makam tersebut. Sebuah rumor menyebutkan, bahwa salah satu makam sebagai makam Kertanegara, penguasa terakhir raja Singhasari. Dan, makam lainnya disebut sebagai makam Abdi Setia sang raja.
Rumor lain menyebutkan, makam tersebut sebagai makam Sakumintir, salah satu patih pada masa kerajaan Blambangan (Banyuwangi). Meski begitu, rumor lain pun menyebutkan bahwa makam tersebut merupakan makam Ki Ageng Kertojoyo.
Berdasar pada keyakinan akan rumor tersebut, tak sedikit pengunjung yang sengaja datang ke gunung Mujur, untuk berziarah ke makam tersebut. Mereka meyakini bahwa makam tersebut keramat, sehingga bisa mendatangkan berkah.
Tak hanya makam, keberadaan candi Telih di gunung Mujur pun menjadi salah satu situs yang dikeramatkan. Meskipun tak sepopuler candi Kidal, candi Telih cukup dikenal dengan mitos yang membawa nama ken Arok, sang penguasa kerajaan Singhasari pertama.
Konon, candi Telih merupakan tempat bertemunya ken Arok dan ken Umang. Ken Umang sendiri merupakan selir sang Raja, yang pun disebut-sebut sebagai wanita yang dicintai oleh Ken Arok.
Sayangnya, situs ini terlihat tak cukup terawat. Tak terlihat adanya pagar pembatas, maupun tulisan khusus yang menunjukkan bahwa candi yang terdapat di tengah ladang tersebut merupakan sebuah situs bersejarah.