1. MALANG
  2. PROFIL

Eko Cahyono, penyulut lentera kecintaan terhadap buku

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Rabu, 17 Agustus 2016 00:08

Dia mengaku bahwa semakin banyak buku yang beredar di masyarakat, dia semakin senang karena artinya ilmu dari buku tersebut dapat diteruskan. Dia bahkan tak akan mempermasalahkan ketika sebuah buku berpindah tangan dipinjamkan ke pihak ketiga atau sebuah buku kondisinya menjadi jelek karena banyak dibaca.

"Sebenarnya awal saya mendirikian perpustakaan seperti ini adalah sebagai balas dendam pada perpustakaan dan toko buku yang tidak membebaskan dan menyulitkan untuk membaca," terang Eko.

Tujuan menciptakan surga bagi penggemar buku ini lah yang coba diciptakan Eko melalui perpustakaannya. Selain berbagai syarat yang sangat longgar, Perpustakaan Anak Bangsa ini juga dibiarkan buka selama 24 jam. Kemudahan akses terhadap buku ini disebutnya merupakan salah satu cara dalam meningkatkan masyarakat yang gemar membaca.

Berbagai hal yang dilakukannya ini membuktikan bahwa jika sumber bacaan tersedia dan terjangkau, masyarakat sebenarnya memiliki kegemaran membaca buku. Selama ini disebutnya bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang rendah karena alpanya ketersediaan buku dan bahan bacaan. Selai itu kesediaan para pemilik buku untuk berbagi menjadi penyebab kurangnya sumber-sumber bacaan ini.

Eko mengungkapkan visinya untuk mengatasi hal ini perlu campur tangan pemerintah agar masyarakat memiliki akses yang lebih mudah terhadap buku. Selama ini perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah juga dianggap belum ideal karena sejumlah persyaratan yang kaku dan jam buka yang terbatas.

"Seharusnya kalau memberi bantuan pada masyarakat, pemerintah jangan hanya memberi uang tunai saja tetapi dibarengi juga dengan buku. Sebagai contoh setiap bulan negara memberi satu atau dua buku pada masyarakat kurang mampu. Jadi dalam setahun saja mereka sudah punya cukup banyak buku untuk dibaca," ucapnya.

Kehadiran buku ini dianggap Eko sangat penting karena dapat membantu masyarakat mengubah nasib dan memperluas cara pandang mereka. Dia telah membuktikannya sendiri di kampungnya bahwa ketika masyarakat semakin banyak membaca buku mereka menjadi semakin kreatif. Eko bahkan mengumpamakan buku sebagai jendela kehidupan dan membaca sebagai bermimpi dengan mata terbuka.

Dalam upaya untuk mewujudkan masyarakat yang semakin gemar membaca, Eko memimpikan segera terwujudnya Kampung Literasi di desanya tersebut. Saat ini dia sudah mulai merintisnya dengan menyebar banyak buku di berbagai tempat umum seperti warung atau toko.

Pada tujuan yang lebih luas, Eko memimpikan dia mampu membuat perpustakaan dengan koleksi jutaan buku yang membebaskan setiap orang dapat berbuat bebas di dalamnya. Dalam skala yang lebih kecil, hal tersebut sebenarnya sudah dilaksanakan Eko melalui Perpustakaan Anak Bangsa yang dibuatnya.

Ketika ditanya oleh Merdeka.com terkait pengertian merdeka versi Eko Cahyono, dia memberi sebuah jawaban yang cukup lugas.

"Merdeka adalah ketika kita itu sudah bahagia," jawabnya.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Inspiratif
  2. Pendidikan
  3. Profil
  4. Tokoh
  5. Tokoh Muda
  6. Pejuang Merdeka
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA