1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Bantengan, seni tradisional khas Malang sejak zaman kerajaan Singosari

Bantengan yang banyak berkembang di kampung-kampung ternyata memiliki akar sejarah dari zaman Singosari.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Sabtu, 02 April 2016 09:36

Merdeka.com, Malang - Selain terkenal akan kekayaan kuliner serta deretan bangunan kuno yang dimilikinya, Malang juga memiliki beberapa kesenian yang cukup berkembang dan dikenal masyarakat. salah satu seni tersebut yang sangat digemari oleh masyarakat dan masih terus dilakukan hingga saat ini adalah kesenian bantengan. Seni ini masih banyak dilakukan di kampung-kampung, baik ketika ada acara tertentu maupun hanya sekedar sebagai hiburan.

Kesenian bantengan sendiri merupakan sebuah seni pertunjukkan yang menggabungkan tarian, musik, seni bela diri, serta mantra-mantra yang biasanya mengandung magis. Dalam menjadi seekor banteng, seorang pemain sering kali akan mengalami tahap kesurupan arwah leluhur banteng sehingga kadang sering lepas kendali. Namun dalam perkembangannya saat ini, tidak seluruh kelompok bantengan memasukkan nilai mistis ini dan beberapa lebih menonjolkan gerak dan keindahan yang ditampilkannya.

Kesenian ini diyakini telah ada cukup lama di wilayah Malang. Diyakini bahwa kesenian ini terinspirasi dari sebuah relief di candi Jago, Tumpang yang menggambarkan pertunjukkan banteng yang melawan macan. Pada relief yang lain juga terdapat gambar tarian dengan topeng berkepala banteng yang diyakini sebagai awal munculnya kesenian bantengan ini.

Pada dasarnya tarian bantengan ini merupakan perkembangan dari gerakan-gerakan pencak silat yang ditarikan sebagai hiburan. Walaupun begitu saat ini kesenian tersebut telah lepas dari cabang pencak silat dan lebih dekat ke bentuk-bentuk tarian seperti reog, jaran kepang, dan barongsai. Dalam setiap permainannya, banteng juga selalu ditemani oleh macanan atau hewan macan.

Dalam pertunjukkan bantengan atau biasa disebut gebyak terdapat beberapa aspek yang harus ada. Hal pertama tentu saja adalah pemain yang menjadi banteng, selai itu dia juga harus dilengkapi dengan paling sedikit dua orang yang akan mengendalikan banteng dengan menggunakan tali tambang. Terdapat juga kelompok pemain musik dan seorang sesepuh yang berperan memanggil leluhur banteng untuk datang. Selain pengendali, terdapat juga pamong atau pawang yang mengendalikan banteng serta macanan dan monyetan yang menjadi penganggu banteng.

Melihat sudah adanya bentuk awal kesenian bantengan di relief candi Jago, maka tidak aneh lagi jika kesenian ini berkembang dengan subur di wilayah Malang. Di Malang sendiri hampir seluruh wilayah memiliki kelompok bantengan sendiri, bahkan di beberapa wilayah tengah kota Malang yang sudah sangat modern masih memiliki beberapa kelompoknya juga. Walau begitu, wilayah yang paling terkenal dengan kesenian bantengan ini adalah kota Batu.

Kesenian ini sendiri sempat mengalami masa-masa kejayaannya pada sekitar masa perjuangan hingga tahun 60-an sebelum berkembang lagi saat ini. Pada saat itu kesenian ini banyak disukai karena banteng yang menjadi lambang bagi rakyat kecil. Namun seiring kondisi politik dan ekonomi yang bergejolak, permainan ini mulai sepi kembali sebelum akhirnya mulai hidup kembali sejak tahun 2000-an.

Bantengan biasa dilakukan di pojok-pojok kampung sebagai hiburan atau kadang juga dilaksanakan pada upacara-upacara tradisonal di desa serta pada festival kesenian. Sebagai sebuah kesenian tradisional yang masih terus berkembang hingga saat ini, bantengan merupakan kekayaan budaya wilayah Malang yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Seni
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA