Mouzza Zee, lady bikers yang sentil semangat pendidikan di Jabung melalui aksi warung edukasi.
Merdeka.com, Malang - Mouzza Zee, namanya mulai hangat terdengar lantaran Ekspedisi Kartini yang dilakukannya untuk merayakan Hari Kartini, April 2016 lalu. Memperingati Hari Kartini dengan menempuh ribuan kilometer, Mouzza Zee beraksi dengn misi pembuktian bahwa wanita pun mampu membawa perubahan.
Gelar bikers yang selama ini banyak didominasi oleh kaum adam, menjadi salah satu alasan Mouzza memilih melakukan ekspedisi dengan menggunakan motor, disamping dirinya mengaku telah 'jatuh cinta' dengan dunia motor.
Terinspirasi sosok Kartini, aksi peduli Mouzza Zee tak hanya terhenti pada touring Malang-Sabang-Malang yang dibalut dalam Ekspedisi Kartini tersebut. Mengibarkan bendera semangat pendidikan di desa kelahirannya, Jabung, kabupaten Malang, #PejuangMerdeka yang satu ini mendirikan sebuah warung edukasi bagi orang-orang di sekitarnya.
Sekilas, warung yang dibangun sederhana tersebut memang tampak layaknya warung pada umumnya. Uniknya, warung yang dibangunnya tersebut merangkap menjadi sebuah sanggar tari dan teras baca gratis bagi anak-anak desa Jabung. Setiap Minggu, warung yang dinamai Kartini tersebut beralih fungsi menjadi sanggar tari. Mouzza yang dibantu seorang kawannya, mengajarkan latihan tari topeng gratis kepada anak-anak yang mau belajar di sanggarnya.
"Latihannya hari Minggu, yang ikut latihan itu anak-anak usia 4-15 tahun", ungkap Mouzza Zee. "Pelatih tarinya adalah kepala sekolah guru paud di Jabung, namanya Bu Ani, orangnya gak dibayar", sambung Mouzza.
Mouzza mengaku maraknya pernikahan dini yang terjadi di desanya, membuat dirinya tersentil untuk meluaskan pandangan orang-orang disekitarnya tentang pentingnya pendidikan. Lady bikers ini juga mengaku, merasa memiliki kewajiban untuk turut melestarikan budaya khas Malang, salah satunya tari topeng. Alasan itulah yang membangkitkan semangat Mouzza Zee untuk bergerak memperkenalkan pentingnya pendidikan di desanya.
"Tari Topeng itu kan khas Malang, tapi di Jabung belum ada wadah untuk latihan Tari Topeng, jadi wajarlah kalau saya ikut melestarikan", aku Mouzza.
Selain sanggar tari, keberadaan teras baca Kartini yang berada tepat di depan warungnya, menjadi salah satu cara yang dilakukan Mouzza untuk menarik minat baca anak-anak di desanya. Buku yang dikumpulkannya dari sumbangan beberapa teman, serta buku yang dikumpulkannya saat masih duduk di bangku kuliah.
Menariknya, selain menjadi sanggar dan teras baca, warung Mouzza Zee seringkali menjadi persinggahan orang-orang yang disebut Mouzza sebagai orang-orang yang terlupakan. Mouzza menjelaskan, orang-orang terlupakan yang ia maksud merupakan orang-orang dengan cacat mental maupun gelandangan yang keberadaannya terlupakan masyarakat sekitarnya.
"Itu orang yang terlupakan, setelah cacat bawaan lahir setelah cacat bawaan lahir dan dicuekkan oleh masyarakat, mereka tidak berkembang, dan semakin terlupakan", ungkap Mouzza.
Sekitar sepuluh orang dengan kondisi tersebut, kata Mouzza, yang sudah akrab dengan dirinya. Mereka datang silih berganti dengan kondisi yang berbeda-beda. Mouzza mengaku seringkali menggoda mereka dengan candaan ringan, dan tak jarang memberi mereka makanan secara gratis.
Memberikan yang terbaik yang dirinya bisa lakukan untuk orang-orang disekitarnya adalah bentuk kepedulian Mouzza terhadap kondisi di sekitarnya. Bagi Mouzza,perayaan HUT Kemerdekaan RI kali ini, merupakan momen yang tepat untuk menyulut api perjuangan dengan kekuatan maksimal untuk menjadi orang yang lebih baik.
"Merdeka itu kita. Kita yang berjuang sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik untuk menjadi lebih baik", tegas Mouzza.
Mouzza pun mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang dirinya ingin lakukan untuk menjadi lebih berarti bagi Malang, sebagai tempat kelahirannya.
"Saya ingin jadi orang sukses dan bermanfaat di Malang. Aslinya pengen punya tempat memadai buat kegiatan sosial, misal pemberdayaan ibu-ibu dan pemberdayaan orang yg terlupakan itu tadi", tutup Mouzza.