1. MALANG
  2. KOMUNITAS

Ketimbang Ngemis, sulut inspirasi berantas mental 'tangan di bawah'

Bergerak dari bawah untuk berantas mental 'tangan di bawah', ini sekilas perjalanan Komunitas Ketimbang Ngemis Malang.

© 2016 merdeka.com/Istimewa. ©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Minggu, 14 Agustus 2016 13:07

Merdeka.com, Malang - Bermula dari sebuah panggilan hati pemuda asal Yogyakarta, Komunitas Ketimbang Ngemis kini telah memiliki keanggotaan lebih di 50 region di seluruh Indonesia. Bermula dari niat tertunda Rizki Pratama, mahasiswa di salah satu Universitas di Yogyakarta, untuk membantu seorang penjual alat dapur keliling yang ditemuinya di pinggir jalan.

Niat baik tertunda Rizki tersebut, kemudian mendorongnya menyulut semangat masyarakat untuk memperhatikan orang-orang yang masih mau berjuang untuk hidup di tengah keterbatasan yang dimiliki. Melalui sebuah media sosial, Rizki memposting kisah tentang seorang badut yang lebih memilih pekerjaan tersebut daripada mengemis. Postingan tersebut ternyata mampu menyulut inspirasi yang serupa dari berbagai tanggapan positif netizen di berbagai daerah, sehingga muncullah ide mendirikan Komunitas yang kini dikenal dengan nama Ketimbang Ngemis.

Respon positif yang muncul dari berbagai pihak ternyata membuat komunitas sosial ini tersebar dengan cepat. Komunitas Ketimbang Ngemis kini telah berdiri di lebih dari 50 region yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Kota Malang. Komunitas Ketimbang Ngemis Malang, berdiri dua hari setelah Komunitas Ketimbang Ngemis yang digodok Rizki didirikan, tepatnya pada 16 Juni 2015.

Tentang Komunitas Ketimbang Ngemis Malang
Ketimbang Ngemis, merupakan sebuah komunitas sosial yang peduli pada orang-orang yang masih memilih berjuang dalam segala keterbatasan, baik dana dan usia untuk kehidupan yang lebih baik, tanpa menengadahkan tangan pada orang lain.

Komunitas Ketimbang Ngemis di Malang, pertama kali digerakkan oleh Akidahtul Firmanullah. Mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Malang tersebut, merasa tergerak untuk mendukung perjuangan orang-orang yang memilih bekerja keras dengan segala keterbatasannya untuk terus mempertahankan hidup.

Komunitas Ketimbang Ngemis Malang (KNM), kini digerakkan oleh 62 anggota dan 200 volunter, yang sebagian besar terdiri dari Mahasiswa. Memiliki struktur organisasi yang jelas, kepengurusan komunitas ini terdiri dari pengurus inti dan dibantu oleh anggota lain yang tersebar dalam lima divisi.

Anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Malang
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Sebut saja, divisi Hubungan Masyarakat (Humas), Dana Usaha (Danus), Survey, Human Resource Development (HRD), serta Desain Komunikasi dan Media (DKM). Masing-masing divisi bekerja dengan tugas yangs aling mendukung dalam menggerakkan visi dan misi yang dijalankan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis Malang.

Pergerakan Komunitas
Sesuai dengan ide awal digerakkannya Komunitas Ketimbang Ngemis Malang, pergerakan yang dilakukan pun berada di jalur tersebut. Secara umum, kegiatan yang dilakukan berupa dukungan materi dan mental bagi orang-orang yang memilih berjuang dengan bekerja ketimbang mengemis untuk bertahan hidup. Indri Asiani dan Pratama Viadi, anggota dari Ketimbang Ngemis Malang berbagi cerita tentang pergerakan mereka menjalankan misi komunitas tersebut, saat ditemui malang.merdeka.com, Jumat (12/08) lalu.

Kegiatan Berbagi Nasi oleh Komunitas Ketimbang Ngemis Malang
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Pratama menjelaskan, kegiatan utama yang selalu dijalankan KNM setiap bulannya adalah donasi tokoh inspiratif dan berbagi nasi. Donasi tokoh inspiratif merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberikan bantuan yang diperlukan oleh sesosok pejuang kehidupan yang inspiratif.

Tokoh Inspiratif yang dimaksud merupakan orang-orang yang memilih bekerja untuk menafkahi diri dan keluarga, di tengah keterbatasan yang dimiliki. Anggota KNM sendiri, melakukan survey terlebih dahulu sebelum menentukan target tokoh yang akan mendapatkan saluran donasi yang telah dikumpulkan.

"Sebelum kita nentuin tokoh inspiratifnya kita survey dulu mbak. Mulai dari postingan netizen tentang orang yang sekiranya bisa jadi tokoh tersebut. Nah, terus kita datengin alamatnya, kita lihat kondisinya. Setelah itu baru kita berikan sesuai dengan kebutuhan mereka", tutur Pratama.

Indri menambahkan kegiatan penyaluran donasi kepada tokoh inspiratif ini merupakan kegiatan wajib bulanan KNM. "Donasi tokoh inspiratif ini biasanya kita lakukan tiap minggu keempat setiap bulan. Berapun jumlah donasinya, tetap kita salurkan", ungkap Indri.

Selain penyaluran donasi kepada tokoh inspiratif, KNM pun memiliki kegiatan sosial lain yang disebut dengan berbagi nasi. Meskipun tak dilakukan rutin setiap bulan, namun berbagi nasi merupakan salah satu kegiatan utama yang digerakkan oleh KNM.

Garace Sale untuk pengumpulan dana Komunitas Ketimbang Ngemis Malang
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Melalui Malang Social Campaigne, KNM juga menyerukan kepada masyarakat luas untuk tidak memberika uang kepada pengemis. Seruan ini sebenarnya bertujuan untuk mewujudkan karakteristik manusia yang mandiri dan selalu berusaha. Dengan begitu, orang-orang yang memilih untuk mengemis akan lebih menyadari bahwa berusaha dan berjuang dengan bekerja jauh lebih baik dibandingkan hanya sekedar menengadahkan tangan pada orang lain.

Merdeka bagi KNM
Jelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-71 ini, KNM pun turut menyampaikan aspirasinya mengenai makna merdeka. Bagi mereka, merdeka itu adalah milik semua orang, dengan mensejahterakan masyarakat dengan membantu mereka mengembangkan potensi, dan membantu usaha orang-orang yang memang berjuang dengan keterbatasan.

"Arti dari merdeka itu ya dari pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, kesejahteraan itu. Bagaimana orang bisa sejahtera, ya kita harus bisa menolong dalam hal kebaikan. Misalkan dalam membantu mengembangkan potensi seseorang, membantu mengembangkan usaha", ungkap Pratama.

Mengamini pandangan Pratama, Indri pun mengungkapkan pandangannya tentang makna kemerdekaan. Baginya, merdeka itu adalah tak adanya jembatan pembatas antara satu orang dan orang lainnya terkait dengan status sosial.

"Saling melengkapi, saling mengiringi satu sama lain. Terkadang, ada orang yang malu deket sama orang lain cuman perkara status sosialnya", tutur Indri.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Inspiratif
  2. Komunitas
  3. Pejuang Merdeka
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA