Wijiyati, ibunda Rosita Asih punya alasan sendiri mengapa tidak menabung uangnya di bank, tapi memilih di sekolah anaknya.
Merdeka.com, Malang - Wijiyati, ibunda Rosita Asih punya alasan sendiri mengapa tidak menabung uangnya di bank, tapi memilih di sekolah anaknya. Padahal nilai yang ditabungkan cukup besar, yakni Rp 42,7 juta.
"Kalau ditabungkan di sekolahan kalau ada apa-apa urusan sekolah, tinggal motong saja. Karena tabungan itu untuk memudahkan saat membayar LKS atau apa," kata Wijiyati.
Ia lebih memilih menabung melalui tabungan sekolah, karena memang dikhususkan untuk masa depan anaknya. Sebagian rezekinya disisihkan secara khusus untuk biaya putrinya itu.
Wijiyati mengaku memiliki tabungan juga di bank, tetapi menurutnya, sering terpakai. Karena di mana-mana banyak ATM sehingga dengan mudah dapat menarik uangnya.
"Tetapi kalau tabungan kan kalau mengambil harus ngomong dulu. Kalau di bank, di mana-mana banyak ATM," katanya.
Seperti diketahui, uang tabungan Rosita Asih di sekolahnya, MTS Negeri Tumpang tidak diakui oleh pihak sekolah. Pihak sekolah hanya mengakui Rp 135 ribu, padahal sudah Rp 42,7 juta.
Akibat kejadian itu Rosita mengalami depresi, lantaran uangnya tidak juga cair. Bocah kelas 9 itu sempat meminum obat sakit kepala yang dicampur minuman bersoda.
Sementara pihak sekolah dengan ringan menyebut kalau tidak pernah menerima setoran Rosita. Buku tabungan Rosita yang hanya tertulis Rp 135 ribu menjadi buktinya.
Pono, Kepala Sekolah MTS Negeri Tumpang mengatakan kalau anak didiknya tidak sampai menabung hingga puluhan juta ke sekolah. Karena itu dirasa aneh kalau Rosita mengaku menyetorkan tabungan pada wali kelasnya, Widyawati.
"Pengakuannya agak aneh, menyerahkan tabungannya di depan kamar mandi. Katanya saat itu selesai berkaca, selain itu tidak langsung meminta catatan," katanya.
Hingga saat ini keluarga Rosita belum mendapatkan kepuasan, karena uangnya memang belum kembali. Mediasi tidak menemukan jalan keluar, justru keluarganya dituduh mengada-ada bahkan fitnah.