DPD Partai Demokrat Jatim menemui Moreno Soeprapto bahas Pilwalkot Malang 2018. Rencananya, Moreno akan dipasangkan dengan Gufron Marzuki.
Merdeka.com, Malang - Menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Malang 2018, sederetan nama mulai muncul untuk bersaing menjadi orang nomor satu di wilayah tersebut. Selain Moch Anton, dan Yaqud Ananda Qudban, muncul nama Anggota DPR RI Moreno Soeprapto yang akan diusung Partai Demokrat. Rencananya, Moreno akan dipasangkan dengan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Malang, Gufron Marzuki.
Dilansir Antara, Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Timur menemui Moreno Soeprapto untuk membahas peluang mengusungnya di bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Malang 2018. Hal tersebut dibenarkan Sekretaris DPD Partai Demokrat Jatim, Renville Antonio.
"Kami mendapat perintah dari DPP menemui Mas Moreno untuk membahas Pilkada Kota Malang," ujar Renville di Surabaya, Selasa (26/12).
Renville mengaku, nama Moreno yang merupakan anggota DPR RI asal Fraksi Partai Gerindra dari daerah pemilihan V Malang Raya merupakan tokoh yang dinilai layak menjadi pemimpin di "Kota Apel" tersebut.
Renville menambahkan, Moreno akan dipasangkan dengan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Malang, Gufron Marzuki (Gus Gufron). Pasangan Moreno- Gufron, katanya, merupakan pasangan ideal untuk mengalahkan petahana di Pilwalkot Malang 2018. Sehingga, peluang koalisi Partai Gerindra dan Partai Demokrat di Pilkada Kota Malang kemungkinan sangat besar terjadi.
"Pasangan Moreno-Gufron memang sangat ideal untuk mengalahkan petahana, karena merupakan kolaborasi dari generasi millenial dan Gus dari Nahdlatul Ulama," terangnya.
Sementara itu, juru bicara Partai Demokrat Jatim, Kuswanto, membenarkan adanya kemungkinan koalisi dengan Gerindra untuk Pilkada Kota Malang 2018.
Kuswanto mengaku pihaknya tidak mempermasalahkan meski kader Demokrat hanya berada di posisi calon orang nomor dua di Pemkot setempat. Mengingat, Demokrat memiliki lima kursi di DPRD setempat dan Gerindra empat kursi.
"Kami realistis saja. Di Pilkada banyak yang menjadi pertimbangan politik, di antaranya popularitas hingga elektabilitas," ujarnya.