Gedung kembar yang terletak di jalan Semeru atau perempatan Rajabally merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih ada hingga kini.
Merdeka.com, Malang - Sebagai kota yang sudah dibangun dan berkembang sejak masa Belanda, Malang tentu saja memiliki berbagai daerah yang kental dengan sentuhan bangunan yang terpengaruh berbagai macam gaya. Salah satu wilayah yang menunjukkan ciri khas bangunan dari masa tersebut adalah daerah Kayutangan yang menjadi pusat kota Malang.
Di kawasan Kayutangan sendiri terdapat sebuah perempatan yang menghubungkannya dengan jalan Semeru dan jalan Kahuripan, wilayah ini dikenal dengan perempatan Rajabally. Selain karena menjadi jalur penting transportasi di Malang di perempatan ini tepatnya pada jalan yang mengarah ke jalan Semeru terdapat gedung kembar di sebelah kanan dan kiri jalan yang menyambut bagaikan gerbang selamat datang.
Pada mulanya, bangunan di sebelah utara merupakan toko buku Boekhandel Slutter-C.C.T van Dorp Co. yang kemudian berganti menjadi toko Rajabally yang sekarang akhirnya menjadi sebutan untuk perempatan tersebut. Saat ini, gedung itu sendiri menjadi sebuah rumah makan padang dan sebagian gedungnya masih digunakan oleh perusahaan bernama Rajabally yang bergerak di jasa penukaran uang.
Sedangkan di sebelah selatan, pada masa lalu gedung kembar itu digunakan sebagai toko emas Juwelier Tan. Saat ini bangunan itu digunakan oleh Bank Commonwealth cabang Malang dengan berbagai kursi dan pajangan yang dipasang oleh Pemerintah Kota Malang untuk mempercantik kawasan tersebut.
Pembuatan gedung yang kembar di sisi jalan yang bersebelahan merupakan ide dari sang arsitek, Karel Bos. Pada tahun 1936, ide untuk membuat bangunan kembar ini muncul di benak Karel Bos karena inspirasi dari dirinya sendiri yang memang baru saja memiliki anak kembar. Bangunan ini akhirnya menjadi salah satu ikon yang membentuk kota Malang dengan pemandangan yang pada masa itu dapat mengarah langsung ke pegunungan Putri Tidur di sebelah barat kota Malang.
Gaya arsitektur yang digunakan pada bangunan ini sendiri merupakan aliran Nieuwe Bouwen yang mengutamakan aspek fungsional untuk mengadaptasi iklim setempat serta ketersediaan bahan dan teknologi yang ada. Di bagian atas, terdapat juga menara pada masing-masing atap bangunan yang berfungsi untuk mengamati kondisi sekitar.
Walaupun pemilik dua gedung ini selalu berbeda-beda dan berganti-ganti, namun hingga saat ini masih ada keinginan dari pemiliknya untuk mempertahankan arsitektur aslinya meskipun dipasangi iklan cukup besar di bagian atas. Di masa mendatang, semoga bangunan ini masih dapat bertahan dan tidak berubah bentuk seperti bangunan-bangunan di sekitarnya. Sebagai sebuah peninggalan sejarah yang di miliki kota Malang, maka kedua bangunan ini pantas untuk mendapatkan perlindungan dan dilestarikan.