"Kalau Majapahit itu celana kain biasa, kalau Singasari itu kayak jins," jelas Ki Wahyu.
Merdeka.com, Malang - Keris sebagai salah satu senjata khas dari nusantara yang memiliki bentuk cukup unik. Senjata ini bisa ditandai dengan ukurannya yang tak begitu besar serta badannya yang meliuk-liuk dan memiliki bagian tajam di kedua sisinya.
Pada setiap masa dan kebudayaan yang berbeda, keris juga terus memiliki perubahan bentuk dan perbedaan yang bisa dikenali. Bahkan pada masa kerajaan yang saling menyambung dan berhimpitan seperti Singasari dan Majapahit, gaya keris yang diciptakannya memiliki perbedaannya sendiri.
Menurut Wahyu Eko Setiawan, atau yang akrab disapa Ki Wahyu, terdapat perbedaan karakteristik dari keris masa Majapahit dan Singasari.
"Kalau keris Majapahit itu luwes. Majapahit itu bentuknya luwes dan dia lebih lemes. Jadi, lebih gemulai, gaya ukirannya itu lebih gemulai." jelas Ki Wahyu.
Sedangkan mengenai keris dari masa Singasari, Ki Wahyu menjelaskan bahwa gaya ukirannya agak kaku dibandingkan dengan pada masa Majapahit. Sebagai analogi untuk perbedaan gaya ini, Ki Wahyu memiliki sebuah perumpaan yang unik.
"Kalau Majapahit itu celana kain biasa, kalau Singasari itu kayak jins," jelas Ki Wahyu.
Perbedaan gaya ukiran yang kaku dan gemulai dari kedua masa ini dijelaskan Ki Wahyu karena perbedaan filosofi yang terjadi pada dua masa tersebut.
"Kalau Singasari itu kan orangnya memang gagah ya, petarung. Kalo Majapahit kan diplomatis, jamannya sudah jaman seni, eranya sudah persatuan, era-era mempersatukan," jelasnya.
"Kalau Singasari itu kan zamannya ekspansi, orangnya gagah-gagah. Karakter orangnya menyerang, ofensif," sambungnya.
Sebagai salah satu syarat untuk mempelajari keris, perbedaan gaya tiap masa ini memang penting dipelajari. Sebagai dua kerajaan yang cukup besar di pulau Jawa sudah tentu keris dari masa Majapahit dan Singasari cukup banyak ditemukan dan penting untuk diketahui perbedaannya.