1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Wabah leptospirosis teror Lapas Lowokwaru, 2 napi meninggal dunia

Wabah leptospirosis merebak di Lapas Lowokwaru, jatuhkan 240 korban, 2 diantaranya meninggal dunia.

© 2016 merdeka.com. ©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Selasa, 19 Juli 2016 18:17

Merdeka.com, Malang - Wabah leptospirosis mulai merebak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Dua napi dinyatakan meninggal dunia diduga karena penyakit tersebut. Sepanjang Juni hingga Juli 2016, sebanyak 240 narapidana tercatat terjangkit leptospirosis. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Lowokwaru, Krismono mengungkapkan, dua napi meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Mereka dirujuk setelah klinik Lapas tidak sanggup memberikan perawatan.

Korban meninggal pertama bernama Fahrid Fajari, warga Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Terpidana kasus pencurian itu tutup usia pada 19 Juni 2016, pukul 11.30 WIB. Korban kedua bernama Robby M Robby bin Suradi. Korban tercatat sebagai warga Jalan Arto Wijoyo, Kota Malang.

Robby semula berobat ke klinik lapas pada Kamis (14/7), karena mengeluh nyeri di perut. Dianggap parah, selanjutnya dia dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA).

Robby langsung dioperasi lantaran terjadi infeksi di perut, dan pada Senin (18/7) pukul 05.15 WIB dia dinyatakan meninggal dunia. Dia merupakan terpidana kasus pembunuhan dan menjalani masa hukuman sejak tahun ini.

"Kami telah melakukan upaya medis, tetapi korban meninggal pagi tadi," ucap Krismono, seperti yang dilansir melalui merdeka.com.

Wabah leptospirosis mulai dirasakan muncul di lingkungan lapas sejak sekitar Juni 2016. Secara berangsur, para penghuni lapas mengalami sakit perut dan harus dirawat.

Semula, sembilan napi mengalami gejala serupa, kemudian bertambah empat orang, hingga total menjadi 13 orang. Kejadian terus bertambah, terhitung hingga saat ini sudah 240 orang napi terjangkit."Pasien ada yang sudah sembuh. Tinggal sekitar 30 orang yang menderita dan satu orang masih dirawat di rumah sakit," ujar Krismono.

Dokter Klinik Lapas Lowokwaru, M Adib Sholahudin, mengungkapkan gejala awal dialami pasien berupa panas tinggi, menggigil, mual-mual, dan trombosit turun. Pada kondisi tertentu, pasien akan pucat dan kulitnya terlihat kekuningan.

"Semula dugaan awal karena demam berdarah, sehingga kita lakukan fogging dan pemberian abate," kata Adib.

Dugaan sementara penyakit dipicu oleh kebiasaan para napi yang kurang sehat. Beberapa napi memang masih terbiasa minum langsung dari air sumur, atau keran yang tersedia. Padahal air itu bukan buat diminum. "Air PDAM yang dinyatakan steril dan bisa diminum ada 4 titik. Karena kebiasaan di luar Lapas yang biasa minum air mentah," ujar Adib.

Selain itu, para napi biasanya selalu meremehkan penyakit. Jika belum parah, merasa belum perlu berobat. Sehingga terjadi keterlambatan penanganan dan harus dirujuk ke rumah sakit. "Dari sekian yang sakit tersebut, sebanyak 18 orang dirujuk ke rumah sakit. Lainnya cukup dirawat di klinik," lanjut Adib.

Atas kejadian tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur telah melakukan peninjauan ke Lapas Lowokwaru. Dinkes telah mengambil contoh tikus buat pemeriksaan lebih jauh."Diambil sampel, diambil darah dari tikus yang ada di sini. Pemeriksaan dilakukan ke Semarang, sekarang sedang menunggu hasilnya," tutup Adib.

 

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Info Kota
  2. Kesehatan
  3. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA