1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Terungkap, ini alasan bisnis kuliner di kota Malang laris manis!

Bukan tak beralasan, ternyata ini yang sebabkan bisnis kuliner di kota Malang laris manis! Menurut kamu?

Dimsum. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Senin, 22 Mei 2017 15:17

Merdeka.com, Malang - Bak gadis cantik, pariwisata di kota Malang saat ini tengah diminati wisatawan. Mengiringi pertumbuhan pariwisata tersebut, perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di kota Malang pun turut meningkat. Berdasar data statistik, jumlah UMKM di kota Malang mencapai angka lebih dari 70 ribu, meskipun 90 persen dari angka tersebut masih bergerak di usaha mikro.

Berbagai bidang usaha digeluti, mulai dari teknologi, industri kreatif, kuliner, dan lainnya. Kendati demikian, salah satu bidang usaha yang cukup dilirik di kota Malang adalah kuliner. Secara kasat mata, minat pada bisnis ini terlihat pada menjamurnya berbagai jenis kedai, kafe, rumah makan, dan spot kuliner lainnya di kota Malang. Bahkan, mereka berlomba-lomba menyuguhkan konsep unik untuk menarik perhatian konsumen.

Lalu, apakah yang menyebabkan bisnis kuliner begitu diminati di kota Malang?

Menanggapi pertanyaan itu, Sigit Pramono, Dosen Kewirausahaan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya mengaku cukup sering mendiskusikan hal tersebut bersama mahasiswanya. Sigit menjelaskan, setidaknya ada tiga alasan utama yang menyebabkan bisnis kuliner menjamur di kota Malang.

Pertama, bisnis kuliner merupakan salah satu jenis bisnis yang mudah diamati, ditiru, dan dimodifikasi. Mengingat, Amati Tiru, dan Modifikasi (ATM) merupakan salah satu metode bisnis yang cukup populer.

"Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa bisnis itu ATM; Amati, Tiru, Modifikasi. Bisnis kuliner itu memang mudah sekali untuk di ATM," ujar Sigit, usai menggelar acara Creatonomics Bisnis Competition, Jumat (19/5) lalu.

Kedua, peluang pasar bisnis kuliner ini terbilang tersegmentasi. Ini berkaitan dengan ide yang tak terbatas pada bidang kuliner. Saat ini, imbuh sigit, segmentasi pasar itu semakin mengerucut pada apa yang dibutuhkan oleh orang.

"Ada yang jualan makanan pedas. Padahal itu segmented sekali. Tapi, justru segmented-segmented itu yang justu diisi orang yang sangat besar. Sehingga peluang pasar masih bisa dibagi-bagi oleh pelaku usaha. Sehingga mereka memilih untuk bisnis kuliner," singkatnya.

Sigit Pramono saat Creatonomics Business Creativity Competition (CBCC)
© 2017 merdeka.com/Siti Rutmawati

Ketiga, kota Malang memiliki konsumen yang diperbaharui. Kata Sigit, Malang memiliki tipe konsumen yang serupa dengan Yogyakarta, dan Bandung. Setiap tahun, kota Malang kedatangan sekira 200 ribu pendatang yang sebagian besar merupakan mahasiswa. Menariknya, para pendatang ini datang dengan uang yang perputaran uangnya tidak berasal di kota Malang. Pasalnya, sebagian besar dari mereka hidup di kota Malang dengan biaya kiriman dari orang tua yang tinggal di luar kota.

"Artinya, misalkan pendatang dari Jakarta, uang yang dia bawa tidak berputar di Malang, karena mendapat kiriman dari orang tua. Sehingga di sini (Malang), mendapat perputaran uang yang tidak dicetak oleh perputaran uang di Malang sendiri," terangnya.

Hal ini, terlihat jelas saat liburan panjang tiba. Beberapa bisnis kuliner tampak lesu lantaran sebagian besar konsumennya tidak berada di kota Malang.

"Bisa dilihat, setelah liburan semester atau liburan lebaran, beberapa usaha itu mengalami penurunan omset, karena sebagian besar pasarnya pergi," tandasnya.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Kuliner
  2. Bisnis
  3. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA