Isu harga rokok naik beredar, ini ungkapan rasa resah sederetan buruh linting pabrik!
Merdeka.com, Malang - Sebanyak 1.200 karyawan tenaga linting dan packing rokok menempati salah satu lokasi Pabrik Gudang Baru Kepanjen, Kabupaten Malang. Jumlah seluruh karyawan yang dipekerjakan sebanyak 3.000 karyawan.
Nunuk dan Mutmainah merupakan dua diantara ribuan karyawan tenaga linting tersebut. Keduanya duduk berjajar sambil menghadap alat linting rokok manual. Tangannya terus bergerak cepat, dari menyiapkan kertas rokok, memasang tembakau dan menarik gagang, sebelum menjadi sebatang rokok siap pakai.
Keduanya juga harus mengambil kertas rokok, lem dan tembakau saat stok di depannya habis. Setelah dalam jumlah tertentu, masing-masing memotong ujung-ujung rokok agar rata sebelum disetorkan ke karyawan quality control. Nunuk dan Mutmainah duduk berhadapan dengan temannya yang juga sibuk dengan alat lintingnya masing-masing. Begitu pun teman di samping kiri dan kanannya. Tangan mereka cekatan seolah berlomba-lomba menjadi terbanyak jumlah hasil lintingan.
Selama obrolan dengan teman-teman terdekatnya, keduanya mengungkapkan rasa kekhawatiran terkait buntut kabar berkembang di media massa. Mereka khawatir pemerintah benar-benar menaikkan harga rokok menjadi Rp 50.000.
"Masa rokok harganya Rp 50 ribu, terus mangan opo (makan apa). Sido tah kabar rokok mundak iku? (Jadi enggak kabar kenaikan itu?)," kata Nunuk, Selasa (22/8), seperti dilansir dari merdeka.com.
Mutmainah juga tak kalah khawatir. Dia begitu takut akan terjadi pengurangan tenaga kerja linting di pabrik tempatnya bekerja bila wacana harga rokok terjadi.
"Suwe-suwe rokok lak gak payu, terus awak nyambut gawe opo. Isone mong glinting (Lama-lama rokok tidak laku, terus kerja apa. Bisanya cuma buruh linting)," keluh Mutmainah.
Keduanya spontan meminta Presiden Joko Widodo tidak menaikkan harga rokok tembus Rp 50.000. "Ben (tolong) disampaikan ke Pak Jokowi. Enggak usah dinaikkan saja," kata mereka kompak, diikuti teman-teman kerja lainnya.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan Sutinah dan Purtiwi. Kedua perempuan ini bertugas sebagai pengaduk tembakau. Mereka membayangkan kalau rokok benar-benar naik dengan harga sangat tinggi tersebut.
Keduanya membayangkan bahwa duit buat sehari-hari bakal terpangkas Rp 50.000 untuk belanja rokok. "Mugo-mugo mawon mboten mundak nggeh (Semoga saja tidak jadi naik). Saya sudah 25 tahun lebih kerja di sini," keluh mereka.
Para buruh linting rokok bekerja secara borongan. Perolehan mereka tergantung dari jumlah batang yang dilinting. Perolehan mereka rata-rata 2.000 batang tergantung kecepatan. Setiap 1.000 batang, pabrik akan membeli dengan harga Rp 30.000.