Berdalih terapi, empat murid Sekolah Dasar (SD) Lowokwaru 3 Kota Malang mengalami disetrum kepala sekolahnya berinisial TJY.
Merdeka.com, Malang - Kabar pilu datang di Hari Pendidikan Nasional. Dunia pendidikan tercoreng ulah seorang Kepala Sekolah di Malang. Empat murid Sekolah Dasar (SD) Lowokwaru 3 Kota Malang mengalami disetrum kepala sekolahnya berinisial TJY.
Kejadian tersebut terungkap, saat para wali murid mendapat laporan dari anaknya. RA, salah satu korbannya mengaku pusing dan beberapa bagian tubuhnya terasa sakit, bahkan sempat mimisan. Orang tua korban sempat tidak paham dengan cerita anaknya. Mereka baru sepenuhnya sadar, setelah meminta kejelasan kepada pihak sekolah.
"Semula anak saya tidak cerita, dia mengaku pusing dan tangannya sakit, katanya habis disetrum. Saya kira cuma setrum kejut saja. Tidak sampai sejauh itu," kata AN, salah satu ibu korban, Selasa (2/5).
Berdasarkan pengakuan RA, penyetruman terjadi Selasa (25/4) pagi usai kegiatan salat dhuha. Kemudian keesokan harinya, AN saat menjemput anaknya mendapat cerita dari teman-teman korban. Cerita semakin lengkap saat orang tua wali yang lain juga menanyakan kejadian tersebut. Sehingga dilakukan klarifikasi ke sekolah bersama keempat wali murid korban yang lain yakni MK, MZ dan MA.
"Saat dikonfirmasi, wali kelas meminta maaf. Katanya tidak tahu. Kamis saya ke sekolah, beserta tiga orang wali murid. Bilangnya itu terapi," katanya.
AN menceritakan, saat itu kepala sekolah mengaku spontan menunjuk keempat siswa tersebut. Katanya akan dilakukan tiga hari berturut jika tidak ada perubahan. Pihak sekolah menandatangani surat pernyataan bermaterai yang mengakui kesalahan.
"Sekolah mengakui kesalahan, itu katanya terapi, tapi terapi apa tidak disampaikan," katanya.
Wali murid mengaku tidak pernah diajak komunikasi apapun dan merasa tidak ada yang salah dengan anak-anak mereka. Justru akibat kejadian tersebut RA menjadi trauma dan ketakutan.
"Kita tidak terima. Kok enak betul. Itu bukan untuk mendidik. Padahal kurang 2 minggu anak-anak mau ujian. Kalau nilai anak saya jelek bagaimana, mereka tanggung jawab?" ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah mengungkapkan, kalau telah dilakukan investigasi tentang kasus tersebut. Pihaknya belum berani memberikan sanksi sebelum keluar hasil investigasi. Antara pihak sekolah dan keluarga korban juga telah dilakukan upaya mediasi tetapi memang belum memuaskan semua pihak.
"Pihak sekolah mengakunya untuk terapi, tetapi masih terus didalami," katanya.
Merdeka.com mencoba meminta penjelasan dari pihak sekolah. Termasuk kepala sekolah berinisial TJY. Tetapi tidak ada perwakilan sekolah yang bersedia memberikan konfirmasi.