Gerakan Nasional 1000 Startup Digital: Menyorot tanggapan para pegiat bisnis soal market validation dalam dunia startup.
Merdeka.com, Malang - Geliat Gerakan Nasional 1000 Startup Digital nampaknya semakin serius untuk menghadirkan ekosistem startup di Malang. Sejak Februari lalu, gerakan yang diprakarsai Kibar dengan dukungan dari Kementrian Informatika dan Komunikasi (Kemkoinfo) ini bahkan telah menggelar penyaringan peserta edisi kedua. Sederetan kegiatan pun digelar dengan menghadirkan pembicara yang telah lama bergelut dalam bidang bisnis.
Pada Sabtu (11/2) lalu, gerakan ini resmi menggelar Ignition 2, yakni tahapan di mana peserta digodok untuk mengelola pola pikir enterpreneurship secara matang. Tak berselang lama, tahapan Networking pun dihelat pada Sabtu (18/2) di Ngalup, co, sebuah Co-Working Space anyar di bilangan kota Malang. Baru-baru ini, tahapan Networking pun digelar selama dua hari, yakni pada 4-5 Maret di Gedung G4 Teknik Elektro, Universitas Negeri Malang.
Workshop ini merupakan tahapan di mana peserta diberikan pembekalan berupa keahlian dasar yang dibutuhkan dalam membuat startup digital. Peserta Workshop yang terbagi dalam 25 kelompok ini, mendapatkan pembekalan terkait tiga hal penting dalam membangun sebuah perusahaan startup digital, yakni design thingking, market validation, dan bussiness model.
Gelaran Workshop ini menghadirkan Guntur Sarwohadi, Head Mentor of Innovative Academy, Bagus Berlian Evangelist of TEDxTuguPahlawan, David Boy Tonara, Lecturer of Universitas Ciputra, Miftahul Huda, CEO of Inagata, Muhamad Fajrin Rasyid, CFO of Bukalapak, dan Tyas Windarti, CEO of Sinergia sebagai pemateri.
Menyorot lebih dalam, Dosen Sistem Informasi Universitas Ciputra, David Boy Tonara mengungkapkan, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital ini merupakan sebuah kegiatan yang menyenangkan, karena bisa membentuk sebuah koalisi startup digital. Gerakan ini menjadi ajang untuk mempertemukan orang-orang yang berpotensi sekaligus berkomitmen untuk membangun sebuah startup
"Kita bisa tahu orang-orang yang berpotensi sekaligus berkomitmen dalam hal ini. Lalu kita bisa bantu bareng-bareng dan tahu ini butuhnya dibantu seperti apa. Ekosistem kita ini akan dibawa kemana. Sebelum kita menjadi pasar, kita harus menguasai pasar kita sendiri," papar David.
David sendiri sempat menyampaikan materi terkait Market Validation saat tahapan Workshop Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dihelat, Minggu (5/3) lalu. Market Validation, kata David, merupakan usaha seseorang untuk mengetahui kebutuhan market secara umum. Ia menilai, Market Validation sendiri merupakan sebuah perjalanan, karena dilakukan dalam beberapa tahap. Dalam berbagai tahan dan tiap tahap, seseorang akan mendapatkan hal baru untuk dicoba.
"Ada tiga list yang dilakukan startup ide di build jadi produk, produk di measure jadi data, data dipelajari untuk mendapatkan ide baru lagi. begitu terus atau siklus. Intinya di situ, karena startup kan memang harus berproses," jelas pria 31 tahun ini.
Hal serupa disampaikan CEO Inagata, Miftahul Huda yang pun memberikan materi serupa dalam gelaran kegiatan yang sama. Market Validation, kata Miftah, secara bahasa berarti cara seseorang melakukan validasi terhadap calon pasar. Banyak cara yang dapat digunakan sebagai metode, namun tidak pakem.
"Tidak ada pakemnya (metode Market Validation). Yang ada adalah contoh eksperimen dari orang-orang yang pernah dilakukan dan berhasil, hingga bisa memakainya. Jadi intinya adalah bagaimana kita menyakinkan diri kita bahwa itu memang market kita," papar Miftah.
Miftah menyampaikan, ada tiga hal penting dalam Market Validation, yakni market, vendor, dan hub (pelaku). Pria 26 tahun ini menilai, kebanyakan peserta workshop melupakan hal tersebut, terutama soal vendor. Sebagian besar peserta lebih fokus pada market yang mereka sasar. Padahal, kata Miftah, vendor merupakan hal pertama yang harus dikejar saat ingin membangun sebuah bisnis.
"Kebanyakan, orang-orang itu hanya pada market saja, sehingga melupakan vendeor itu harus apa. Vendor yaitu pihak ketiga yang ambilkan produknya dan kita jualkan ke klient," jelasnya.
Selain itu, Miftah menyebutkan, tantangan terbesar saat menjalankan market Validation terletak pada mental founder itu sendiri. "Rata-rata para founder pada tahap awal itu merasa bahwa produknya adalah yang paling bagus. Percaya diri penting, tapi kita tetap harus membuka diri. Bahwasanya, kita punya ide dan belum tentu ide itu diterima," tandasnya.