1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Cangkul asal Cina belum terlihat di pasaran kota Malang

Penjual cangkul di kota Malang belum mengetahui keberadaan cangkul impor asal China masuk ke pasaran.

Darmadi Sasongko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Jum'at, 11 November 2016 13:11

Merdeka.com, Malang - Penjual cangkul di kota Malang belum mengetahui keberadaan cangkul impor asal China masuk ke pasaran. Hingga saat ini, jenis cangkul yang beredar tidak ditemukan jenis baru.

Soeprapto (58) aneka alat pertanian di toko pertukangan, jalan Ki Ageng Gribig, mengaku belum tahu mengenai keberadaan cangkul impor dari Cina tersebut. Hingga saat ini, jenis cangkul yang ada berasal dari Malang.

"Belum tahu kalau yang impor, tapi ini setahu saya buatan Malang saja. Salesnya datang menitipkan barang di sini," kata Soeprapto, Rabu (10/11), seperti dilansir dari merdeka.com.

Soeprapto sudah bertahun-tahun menjual alat-alat pertanian. Menurutnya, jenis cangkul yang paling bagus adalah buatan Blitar dan Tulungagung. Kualitas tersebut diperoleh karena kandungan bajanya yang tinggi.

"Kalau dari Blitar atau Tulungagung sangat baik kualitasnya," katanya.

Namun, jenis cangkul tersebut harganya pun lebih mahal dibandingkan harga cangkul kebanyakan. Biasanya cangkul tersebut dijual dengan kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu.

Kata Prapto, cangkul yang beredar di pasaran memiliki dua jenis yakni cangkul cor-coran dan cangkul pande dengan ukuran 17, 18, 19 sentimeter. Kalau cor-coran biasanya dibuat secara massal oleh pabrik dengan sebuah mesin pencetak.

Harga cangkul jenis cor-coran lebih murah,yakni Rp 35 ribu. Sementara harga cangkul buatan pande jatuhnya lebih mahal. Sebuah cangkul produksi pande dijual dengan harga Rp 50 ribu.

"Kemungkinan yang jenis impor itu cor-coran atau buatan pabrik, kalau yang saya jual merek Crocodile gambarnya buaya," katanya.

Kata Prapto, yang membedakan cangkul terletak pada komposisi jumlah bajanya. Campuran baja dan besi yang seimbang akan membuat cangkul awet dan tajam. Selain itu, tajamnya juga akan lebih lama.

Prapto sendiri sebenarnya tidak peduli dengan kehadiran cangkul impor, karena keuntungannya dihitung dari jumlah cangkul yang berhasil dijual. Akan tetapi yang dikhawatirkan, akan banyak pandai pembuat cangkul lokal akan tutup.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Peristiwa
  2. Ekonomi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA