1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Menyusuri sejarah pemaknaan tradisi ketupat saat lebaran

Tak hanya sebagai sajian di hari yang fitri, ternyata ini makna yang tersimpan di balik legitnya ketupat.

©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Selasa, 05 Juli 2016 08:27

Merdeka.com, Malang - Ketupat, seolah-olah telah menjadi hidangan yang wajib hadir di tengah-tengah kegembiraan menyambut hari yang fitri, termasuk di Kota Malang. Tak heran, jika ketupat telah menjadi salah satu ikon Idul Fitri selain beduk tentunya. Kehadiran ketupat tak hanya sekedar sebagai pelengkap opor ayam, atau hidangan ala hari raya lainnya. Ternyata, ketupat sarat dengan pemaknaan tentang hari yang fitri itu sendiri.

Awal Mula Tradisi
Tradisi ketupat saat lebaran, ternyata dipopulerkan dalam masyarakat Islam oleh Sunan Kalijaga. Berawal dari tujuan untuk mempererat kebersamaan dan menjalin tali silaturrahmi, ketupat juga menyimpan filosofi yang dalam tentang ajaran Islam.

Sunan Kalijaga sendiri memperkenalkan dua kali perayaan lebaran, yaitu lebaran hari raya idul fitri satu syawal dan Lebaran Kupat. Lebaran kupat adalah perayaan lebaran setelah menjalan puasa sunah tujuh hari pasca 1 syawal. Tradisi lebaran kupat ini berlaku hanya di beberapa daerah, yang sebagian besar berada di tanah Jawa, termasuk Malang.

Filosofi Ketupat
Ketupat menyimpan pemaknaan khusus, karena kata "ketupat" atau dalam istilah Jawa dikenal dengan "kupat" adalah singkatan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat berarti mengakui kesalahan, dan laku papat berarti empat tindakan.

Mengakui kesalahan (ngaku lepat) ditandai dengan adanya tradisi sungkeman. Sungkeman adalah bersimpuh di hadapan orang tua sambil memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan. Sungkeman sendiri sebenarnya mengajarkan tentang penghormatan kepada orang tua, sikap rendah hati, dan ikhlas. Sedangkan, laku papat yang berarti empat tindakan, mencerminkan empat tindakan yang dilakukan dalam perayaan idul fitrri, yaitu lebaran, luberan, leburan dan laburan.

Lebaran berasal dari kata lebar dengan pemaknaan bahwa pintu pengampunan telah terbuka lebar. Lebaran juga bermakna usai yang menjadi penanda berakhirnya bulan suci Ramadan.

Luberan yang berarti melimpah menjadi simbol ajaran sedekah. Mengingat salah satu kewajiban umat muslim menjelang Hari Raya Idul Fitri adalah membayar zakat fitrah. Memaknai lebih dalam, zakat fitrah ini adalah salah satu kesempatan bagi umat Muslim untuk berbagi kepada sesama.

Leburan, berarti habis atau melebur. Kata ini bermakna bahwa perayaan Idul Fitri adalah kesempatan di mana manusia kembali menjadi fitrah. Tak heran, jika saat perayaan Idul Fitri, umat Muslim akan saling memohon maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan satu sama lain. Sehingga idul Fitri menjadi kesempatan untuk meleburkan kesalahan dan dosa yang dilakukan dengan memohon maaf sekaligus memberikan maaf dengan ikhlas tentunya.

Terakhir adalah istilah laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. kapur yang dimaksud adalah zat yang biasanya digunakan untuk menjernihkan air atau memutihkan dinding. Kata ini menyimpan pesan bahwa manusia sebaiknya senantiasa menjaga kesucian lahir dan batinnya.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Kuliner
  2. Pernik ramadan
  3. Lebaran 2016
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA