1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Keresahan dalang Widodo Santoso saat Wayang Potehi tergerus zaman

Widodo, sang dalang Wayang Potehi mengibaratkan, jika tidak ada tunas baru, maka bisa dipastikan tidak akan ada buah baru.

©2017 Merdeka.com Editor : Siti Rutmawati | Contributor : Darmadi Sasongko | Senin, 30 Januari 2017 13:17

Merdeka.com, Malang - Widodo Santoso (45) tercatat sebagai satu dari tujuh dalang Wayang Potehi yang masih eksis di Indonesia. Ada keresahan terpancar di mata sang dalang. Wayang boneka tangan warisan kebudayaan China itu mulai punah tergerus zaman.

"Seluruh Indonesia itu hanya tinggal tujuh orang (dalang), semuanya juga sudah bukan keturunan Tionghoa, tapi orang Jawa semua," tutur Widodo Santoso di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang, Minggu (29/1).

Tujuh orang tersebut, kata Widodo, rata-rata sudah berusia di atas 45 tahun hingga 60 tahun. Mereka di antaranya Ki Purwanto, Sonny Frans Asmara, Ki Subur, Ki Mujiono ( Surabaya), Ki Slamet, Ki Pardi dan dirinya. Mereka kerap berkumpul bertukar ilmu di Klenteng Hong San Kiong Gudo, kabupaten Jombang.

Di Balik Panggung Wayang Potehi
© 2017 merdeka.com/Darmadi Sasongko

Widodo bersama empat temannya mendapat kesempatan tampil selama dua bulan di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang. Pentas digelar dua kali sehari, yakni pukul 15.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB dan pukul 19.00 WIB sampai 21.00 WIB.

Pria kelahiran Blitar, 23 Oktober 1972 itu menyajikan kisah berjudul Hong Kiauw Lie Tan. Ceritanya tentang perjalanan dinasti Tong Tiauw yang disajikan secara bersambung. "Saya sedih, membayangkan 10 tahun ke depan, Wayang Potehi ini akan muncul atau justru semakin tenggelam. Tidak ada bibit yang bisa meneruskan," katanya.

Widodo Santoso di Kelenteng Eng An Kiong
© 2017 merdeka.com/Siti Rutmawati

Widodo sedih jika bicara masa depan Wayang Potehi yang saat ini terus terpuruk. Apalagi kini tidak banyak yang menyaksikan gelaran wayang potehi padahal digelar secara gratis. Widodo tidak bisa berkata-kata saat diajak membahas tentang masa depan Wayang Potehi. Berulang kali Widodo dan teman-temannya membuka kesempatan pada siapapun untuk belajar kesenian dari negeri tirai bambu ini. Tetapi tidak satupun bersedia secara serius mendalaminya.

Usianya kini 45 tahun. Nanti saat menginjak usia 60 tahun, dia sudah tidak kuat lagi mendalang. Para senior yang sekarang sudah 60 tahun, pastinya nanti umurnya menjadi 70 tahun. "Tidak mungkin usia 70 tahun masih mendalang, apalagi job di luar kota. Sekitar 10 tahun atau 15 tahun ke depan saya juga tidak yakin ada penerusnya," katanya.

Dia mengibaratkan, jika tidak ada tunas baru, maka bisa dipastikan tidak akan ada buah baru. Kematian hanya menunggu waktu, jika memang tidak dilanjutkan oleh kader-kader baru. Padahal proses pengkaderan membutuhkan waktu panjang.

"Karena kemajuan zaman, orang mau belajar Wayang Potehi tapi katanya cuma begitu. Seniman sekarang inginnya kerja itu yang ditonton dan dipuja banyak orang," katanya.

Widodo tidak melihat adanya keinginan pemerintah melestarikan Wayang Potehi, terutama yang mengarah pada usaha pengkaderan para dalang. Wayang Potehi akan semakin terpinggirkan dan lama-kelamaan akan mati.

Dia sudah berupaya melakukan pengkaderan, tetapi tidak bisa maksimal. Dana yang dikeluarkan dari kantong sendiri juga tidak sedikit. Padahal dia hanya memiliki niat baik melestarikan Wayang Potehi.

"Jangankan berminat, nonton Wayang Potehi saja nyaris tidak ada," tegasnya.

Widodo sejak 1993 mulai belajar dan mendalami Wayang Potehi. Sejak 2011 mulai resmi menjadi dalang, kendati dirinya sendiri bukan keturunan China.

PILIHAN EDITOR

(SR) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Inspiratif
  2. Imlek 2017
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA