Mengenang sosok KH Achmad Hasyim Muzadi, tokoh muslim yang moderat dan toleran. Selamat jalan KH Hasyim!
Merdeka.com, Malang - Duka mendalam mengiringi kabar wafatnya Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Achmad Hasyim Muzadi, Kamis (16/3). Sekitar pukul 06.15 WIB, Hasyim menghembuskan nafas terakhirnya di Pondok Pesantren Al-Hikam Kota Malang. Sebelumnya, KH Hasyim sempat beberapa kali dirawat di rumah sakit Lavalette kota Malang.
KH Achmad Hasyim Muzadi mengawali pendidikan dan karirnya di Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah di kota kelahirannya, Tuban tahun 1950. Pria kelahiran 1944 ini, menuntaskan pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang, tahun 1969.
Hasyim muda pun memulai kegiatan organisasinya dengan berpartisispasi aktif dalam beberapa organisasi kepemudaan. Sebut saja, Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Nampaknya, Hasyim muda telah menunjukkan bakatnya sebagai seorang pemimpin. Hasyim pun dipercaya menjadi pemimpin kedua organisasi pemuda tersebut. Pengalaman tersebut tampaknya menjadi modal Hasyim muda berkiprah di Nahdatul Ulama, hingga dipercaya menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) tahun 1999.
Hasyim Muzadi, mendirikan pondok pesantren Al-Hikam yang dibangunnya di dua lokasi, yakni di kota Malang dan Depok. Al-Hikam sendiri merupakan pondok pesantren yang membidik mahasiswa sebagai santrinya. Bagi Hasyim, mahasiswa selama ini tak tersentuh pendidikan agama secara intensif.
Pertama kali didirikan, Pondok Pesantren Al-Hikam hanya diisi empat orang santri mahasiswa. Lambat laun, pondok pesantren ini mulai populer, dan banyak didatangi mahasiswa. Hingga saat ini, Al-Hikam menjadi salah satu jujukan mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama.
KH Hasyim memang dikenal sebagai salah satu tokoh muslim yang moderat dan toleran. Tak berlebihan jika menyebut dirinya sebagai sosok juru damai di tanah air. KH Hasyim tidak pernah meninggalkan prinsip-prinsip agama yang menjadi pegangan hidupnya. Meskipun begitu, KH Hasyim selalu mengecam keras tindakan radikalisme yang mengatasnamakan perjuangan jihad untuk Islam. Tak heran, jika ia sempat naik pitam tatkala pondok pesantren dan santrinya dikaitkan dengan aktivitas radikalisme dan terorisme.
Tak sedikit pemikiran-pemikiran KH Hasyim yang dijadikan pegangan. Pasalnya, ia selalu mengajak ulama ahlussunnah wal jamaah untuk bangkit menyelamatkan agama dan negara, tanpa membiarkan keduanya bertabrakan satu sama lain. Meskipun telah tiada, segala pemikiran dan keteladanan KH Hasyim Muzadi akan selalu dikenang masyarakat, khususnya kaum Nahdiliyin.
Sekilas Profil
Nama: KH Achmad Hasyim Muzadi
Lahir: Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1944
Alamat: Pondok Pesantren Al Hikam, Jalan Cengger Ayam No. 25, kota Malang, Jawa Timur
Keluarga
Ayah:H. Muzadi
Ibu:Hj. Rumyati
Istri:Hj. Mutammimah
Anak:Enam orang (3 putra dan 3 putri)
Pengalaman Penting:
Calon Wakil Presiden Pemilu 2004
Pendidikan:
Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur 1950-1953
SD Tuban-Jawa Timur 1954-1955
SMPN I Tuban-Jawa Timur 1955-1956
KMI Gontor, Ponorogo-Jawa Timur 1956-1962
PP Senori, Tuban-Jawa Timur 1963
IAIN Malang-Jawa Timur 1964-1969
Jabatan:
Dewan Pertimbangan Presiden (2015-2017)
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (1999-2004 dan 2004-2009)
Pengalaman Karir:
Membuka Pesantren Al-Hikam di Jalan Cengger Ayam, Kodya Malang
Anggota DPRD Kotamadya Malang dari PPP
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Malang
Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987
Organisasi:
Ketua Ranting NU Bululawang-Malang, 1964
Ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang 1965
Ketua Cabang PMII Malang 1966
Ketua KAMMI Malang 1966
Ketua Cabang GP Ansor Malang 1967-1971
Wakil Ketua PCNU Malang 1971-1973
Ketua DPC PPP Malang 1973-1977
Ketua PCNU Malang 1973-1977
Ketua PW GP Ansor Jawa Timur 1983-1987
Ketua PP GP Ansor 1987-1991
Sekretaris PWNU Jawa Timur 1987-1988
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur 1988-1992
Ketua PWNU Jawa Timur 1992-1999
Ketua Umum PBNU 1999-2004
Ketua Umum PBNU 2004-2009
Publikasi:
Membangun NU Pasca Gus Dur, Grasindo, Jakarta, 1999
NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa, Logo, Jakarta, 1999
Menyembuhkan Luka NU, Jakarta, Logos, 2002