Masuk nominasi Anugerah Adipura Kencana, Walikota Malang beberkan program unggulan lingkungan hidup di Kota Malang.
Merdeka.com, Malang - Kota Malang masuk dalam nominasi anugerah tertinggi bidang lingkungan hidup, Adipura Kencana 2017. Pemkot Malang pun bertekat bisa kembali memboyong piala kebanggaan tersebut ke Bhumi Arema.
Walikota Malang, Mochammad Anton, Rabu (14/6), melakukan presentasi dan wawancara di hadapan para dewan juri. Abah Anton, sapaan akrab Mochammad Anton, adalah satu dari sekian walikota/bupati yang menjalani presentasi dan wawancara calon penerima Anugerah Adipura Kencana 2017. Presentasi digelar di Ruang Rimbawan I - Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup.
Abah Anton membeberkan sejumlah inovasi yang sudah dilakukan selama setahun terakhir. Berbagai terobosan dan inovasi telah dilakukan terkaitan pengelolaan lingkungan hidup.
"Jumlah volume sampah di Kota Malang semakin meningkat karena pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat," kata Anton dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/6).
Upaya mereduksi sampah menjadi prioritas dan komitmen Pemkot melalui berbagai program. Sejumlah layanan dan inovasi pengolahan sampah dijalankan, seperti Bank Sampah Malang (BSM), Road Sweeper, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tong Sampah Tematik, Kader 3R (reuse, reduce, recycle) TPS 3R dan juga pembangunan pengolahan sampah terpadu (Intermediate Treatment Facility).
Hasil dari berbagai program tersebut, lanjut Abah Anton, sangat efektif dalam pengurangan jumlah sampah. Tercatat, presentase peningkatkan reduksi sampah dari tahun ke tahun menunjukan grafik yang positif, yakni 26 persen di tahun 2014 lalu meningkat 26,5 persen pada 2015.
Tahun 2016 kembali mengalami peningkatan menjadi 27 persen dan 2017 sudah meningkat menjadi 27,5 persen. Ditargetkan pada tahun mendatang reduksi sampah meningkat menjadi 28
persen.
Data Dinas Perkim mencatat, potensi timbunan sampah sebanyak 659,88 ton per hari, di mana pengelolaan di TPA mencakup 473,22 ton per hari dan pengelolaan pra-TPA sebesar 177,66 ton per hari. Sehingga ditemukan prosentase angka reduksi saat ini sebesar 27,5 persen, meningkat dari tahun sebelumnya.
"Pengolahan sampah di Kota Malang selama ini sangat efektif, seperti contoh di TPS 3R itu setiap hari mengelola 45 ton sampah dan untuk kader 3R kita sudah memiliki 1.500 orang yang tersebar di 5 kecamatan," kata Abah Anton.
Program reduksi sampah melalui Bank Sampah Malang (BSM) yang merupakan salah satu program unggulan, kata Abah Anton, tidak saja berdampak pada pengurangan volume namun juga berdampak pada ranah sosial dan ekonomi masyarakat.
Sebanyak 24.000 nasabah dengan 70 jenis sampah yang dikelola dan mampu mereduksi sebesar 5 ton sampah tiap hari. BSM kini menjadi inovasi yang banyak menjadi percontohan.
Warga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari mengumpulkan sampah dan menjadikannya rupiah melalui BSM yang kini memiliki omzet sebesar Rp 350 juta tiap bulan.
Hal ini sejalan dengan program dr. Gamal Albinsaid, yang memberikan fasilitas layanan kesehatan di mana masyarakat diminta untuk membayar dengan sampah yang bisa diolah.
"Peran serta masyarakat sangat baik sekali dalam hal ini, dan hal inilah yang terus kita lakukan dalam melakukan pengolahan sampah di Kota Malang," tandasnya.
Terkait dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Anton membeberkan rencana pembangunan yang bekerja sama dengan Pemerintah Jerman.
Dalam Detil Engineering Design (DED) Sanitary Landfill terbaru, sudah terdapat fasilitas pemisahan dan pengolahan sampah dan pengolahan air lindi yang berpotensi digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Kepala Baretlinbang, Wasto, TPA Supit Urang akan menjadi percontohan nasional, karena Kementerian Pekerjaan Umum sudah berencana memberikan dana sebesar Rp 195 miliar untuk pembangunannya yang bekerjasama dengan tim dari Jerman.
Hal lain yang dibeberkan Walikota Malang dalam paparannya di hadapan tim penilai adalah pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan hidup. Saat ini eksisting luasan RTH di Kota Malang seluas 1.787,34 hektar dengan rasio terhadap luasan kota sebesar 16,23 persen.
Hal itu seiring dengan kiat Pemkot Malang yang terus menggeber pembangunan taman dalam kurun waktu 3 tahun terakhir melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan mekanisme dana Corporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya, sebanyak 15 taman baru berhasil dibangun dengan penambahan luasan taman seluas 16,5 hektar.
Ditambah dengan penanaman pohon baru sejumlah 55.000 pohon. Total Kota Malang saat ini memiliki 93 taman kota dan 7 hutan kota.
"Pembangunan taman yang ada di Kota Malang tidak menggunakan dana APBD melainkan menggunakan dana dari pihak ketiga, saat ini banyak perusahaan yang tertarik untuk memberikan dana CSR-nya karena mereka menilai Kota Malang yang kondusif dan stabil serta meningkat dalam perekonomian," ungkap Abah Anton.
Program lain dalam pengelolaan lingkungan hidup yang menjadi andalan adalah Gerakan Menabung Air (Gemar) di Kampung Glintung Go Green (3G). Inovasi yang lahir dari masyarakat ini, menuai banyak apresiasi dari kalangan masyarakat internasional hingga masuk nominasi dalam Top 15 inovasi dunia dalam acara penghargaan inovasi kota se-dunia yang digelar di Guangzhou, Tiongkok, beberapa waktu lalu.
Inovasi Gemar dari Kampung 3G mewakili Indonesia di ajang bergengsi tersebut dan mampu mensejajarkan posisi Kota Malang dengan berbagai kota besar dunia dalam hal inovasi seperti London, New York, dan sebagainya.
"Kampung 3G itu awalnya langganan banjir karena kondisi geografis di sana kurang baik, akhirnya lahirlah inovasi Gemar ini, dan saat ini kampung itu tidak pernah banjir dan bahkan menjadi area hijau karena masyarakat disana saat ini gemar menanam. Selain mengubah kondisi lingkungan pola pikir masyarakat di kampung tersebut juga sudah berubah," tukasnya.
Selain Kampung 3G, Abah Anton juga menunjukkan saat ini ada 66 kampung tematik yang tersebar di Kota Malang.
Ke-66 itu di antaranya Kampung Warna-warni di Kelurahan Jodipan yang awalnya terkenal dengan kampung kumuh dan kini menjadi kampung yang banyak dikunjungi. Sehingga kesuksesan itu terus dikembangkan dengan membuat kampung tematik lainnya.
Inovasi bidang lingkungan lain yang tak kalah penting untuk dipresentasikan Walikota Malang yakni hadirnya Kampung Gas Metan yang sumbernya dari pengolahan sampah. Kampung tersebut sebagai upaya menghemat energi melalui Smart PJU (Penerangan Jalan Umum) dan Konversi ke lampu jenis LED yang terkenal ramah energi.
Khusus untuk konversi PJU, Pemkot Malang selama ini sudah berhasil mengubah jenis lampu sebanyak 1.567 dengan hasil pengurangan beban pembayaran PJU Rp 400 juta setiap bulan.
Dalam bidang pendidikan, Kota Malang juga menunjukan komitmennya akan pembelajaran lingkungan kepada para anak didik. Terbukti dari sebanyak 479 sekolah sebanyak 110 sekolah sudah mendapat gelar adiwiyata.
"Memberikan pemahaman kepada anak didik kita akan pentingnya menjaga lingkungan hidup sangat penting sekali," katanya.
Program 100-0-100, yakni 100 persen air bersih, 0 persen lingkungan kumuh dan 100 persen akses sanitasi layak juga terus diupayakan Pemkot Malang. Khusus untuk 100 persen air bersih Kota Malang sudah melampaui target yang diberikan pemerintah pusat, bahkan untuk Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Malang mendapat banyak penghargaan internasional.
Dalam hal pengendalian kualitas udara beberapa program seperti uji emisi gas rutin, penyediaan transportasi masal seperti bus sekolah dan bus wisata gratis, penyediaan jalur sepeda, pembangunan pedestrian yang nyaman hingga car free day menjadi inovasi yang diusung.