Gelar pameran bertajuk "Pameran Virtual Museum Brawijaya", Pusat Studi Peradabaan UB ingin perkenalkan sosok Brawijaya, sang penguasa Majapahit.
Merdeka.com, Malang - Majapahit merupakan kerajaan yang berkuasa selama 234 tahun (1293-1527). Selama masa berkuasa tersebut, Majapahit dipimpin oleh 12 raja, dan 2 penguasa dalam masa post period.
Majapahit mencapai masa puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Saat itu, Hayam Wuruk didampingi sang patih yang terkenal dengan sumpah palapa, yakni Patih Gajah Mada. Majapahit diperintah oleh Raja Kertawijaya, yang menobatkan dirinya dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana, atau Raja Brawijaya I. Raja Brawijaya I memerintah sebagai Raja ke-7 Majapahit, yakni tahun 1447-1451.
Menyorot lebih dekat tentang Raja Brawijaya. Secara epistemologis Brawijaya berasal dari kata "Bra" yang berarti Raja dan "Wijaya" yang berarti keturunan Raden Wijaya, raja pendiri kerajaan Majapahit. Gelar Brawijaya dibuat sebagai salah satu strategi politik untuk menguatkan kedudukan Kertawijaya sebagai keturunan langsung Raden Wijaya. Gelar Prabu Brawijaya digunakan oleh Kertawijaya (Brawijaya I), Rajasawardhana (Brawijaya II), Girishawardhana Dyah Suryawikrama (Brawijaya III), Bhre pandan Alas atau Singhawikramawardhana (Brawijaya IV), dan Kertabhumi (Brawijaya V).
Lalu, siapakah sosok Prabu Brawijaya yang namanya kini digunakan sebagai salah satu nama Perguruan Tinggi Negeri di Kota Malang ini? Tak sedikit orang yang melontarkan pertanyaan yang serupa, termasuk orang-orang yang terdapat di lingkungan Universitas Brawijaya (UB)sendiri. Hal ini yang kemudian menjadi inspirasi utama bagi Pusat Kajian Studi Purbakala Universitas Brawijaya menggelar sebuah pameran bertajuk Pameran Virtual Museum Brawijaya, Jumat (25/11).
"Setelah melakukan survey ke beberapa orang secara random, baik dosen, karyawan, maupun tenaga pendidik di UB, mereka ternyata tidka tahu siapa itu Brawijaya. Nah, acara ini digagas untuk lebih mengenal sosok Brawijaya," ungkap Rizky Febrianto Supriadi, Ketua Panitia Penyelenggara Pameran Virtual Museum Brawijaya, Jumat (25/11).
Pameran yang digelar di gedung Widyaloka UB tersebut, menyuguhkan sejarah perjalanan Kerajaan Majapahit secara periodik. Semenjak masa Pra-Sejarah, yakni saat masa akhir kekuasaan Kerajaan Singhasari hingga runtuhnya kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahan Raja Kertabhumi alias Raja Brawijaya V.
Tak hanya itu, ruang pameran juga diramaikan dengan pameran keris pusaka Majapahit, secuil bata merah dari Majapahit, dan visual Trowulan yang disajikan dalam bentuk 3D. Terlihat sederhana, namun butuh perjuangan besar untuk menyusun kisah sejarah berikut visualisasi wajah para Raja Majahit yang disuguhkan dalam pameran tersebut. Penyelenggara melakukan sederetan riset untuk menentukan dengan tepat, kisah sejarah yang tak jarang simpang siur.
"Proses perangkaiannya, dimulai sejak Juli 2016. Setelah proposal disetujui, kita (penyelenggara)lakukan riset ke Trowulan, ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), ke Candi Penataran, ke narasumber fisika, kimia, biologi, narasumber supranatural, dukun, juru kunci dan lain-lain. Observasi dan riset dilakukan selama dua bulan," tutur Rizky.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof.Mohammad Bisri turut hadir mengunjungi pameran tersebut. Dalam kunjungannya, Bisri menyampaikan apresiasinya terhadap berlangsungnya Pameran Virtual Museum Brawijaya yang kali pertama diadakan tersebut. Bisri menyampaikan bahwa acara tersebut informatif, serta turut membantu memperkenalkan sosok Prabu Brawijaya.
Pihak Universitas Brawijaya, kata Bisri, akan mengusahakan adanya ruang khusus untuk memfasilitasi Pameran Virtual Museum Brawijaya, yang digagas oleh Pusat Studi Peradaban yang berada di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya.