Gado-gado Pak Wito menampilkan cita rasa bumbu yang sangat lezat dengan porsi yang cukup jumbo.
Merdeka.com, Malang - Mencari penjual gado-gado di kota Malang bukanlah perkara yang cukup sulit. Terdapat banyak penjual gado-gado lezat yang bertebaran di kota Malang. Mulai dari gado-gado pak Atim Dempo, pak Wanto di raya Langsep serta pak Wito yang berada di pasar Oro-oro Dowo. Beberapa penjual tersebut telah menjajakan dagangannya dalam waktu yang cukup lama. Bahkan pak Wito telah mulai berjualan di pasar Oro-oro Dowo sejak tahun 1977.
Sebelum pasar Oro-oro Dowo direnovasi, pak Wito biasa berjualan dengan menggunakan gerobak di bagian pintu masuk pasar. Biasanya antrean pembelinya sangat panjang dan bahkan kadang hingga menggunakan nomor antrean. Namun setelah pasar mengalami renovasi, tempat berjualan pak Wito pindah ke bagian dalam pasar. Tempatnya sendiri sangat mudah ditemui, dari pintu masuk pasar langsung belok kiri dan akan terlihat bedak gado-gado pak Wito.
Mampu berjualan gado-gado selama hampir 40 tahun dan tetap ramai tentu bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu hal yang membuat gado-gado ini menjadi favorit bagi banyak orang adalah karena bumbunya yang sangat berbeda dari penjual lain. Bahkan pak Wito sendiri menjual bumbu ini dalam bentuk kering seharga 60 ribu Rupiah untuk kemasan setengah kilogram dan 120 ribu Rupiah untuk kemasan satu kilogram.
Bumbu yang khas ini merupakan racikan yang dilakukan dan ditemukan sendiri oleh pak Wito. Sebelumnya dia telah belajar membuat gado-gado pada penjual lain yang menjadi gurunya, namun karena merasa ada yang kurang dia mulai mengembangkan resep sendiri sehingga akhirnya lahir lah bumbu gado-gado yang lezat dan penuh cita rasa.
Mashudi, salah satu pelanggan dari gado-gado pak Wito mengatakan bahwa rasa bumbu yang sangat khas itu lah yang menjadi alasannya menyukai gado-gado tersebut. Bahkan dia mengatakan bahwa telah berlangganan gado-gado tersebut sejak tahun 90-an dan masih menyukainya hingga sekarang karena rasa bumbu tersebut.
Selain kelezatan yang berbeda dari bumbunya, pak Wito juga memiliki porsi yang cukup banyak. Sebelumnya pak Wito pernah menjual gado-gadonya dengan porsi yang lebih sedikit, namun banyak pelanggan yang protes dan akhirnya pak Wito mulai berjualan gado-gado dengan porsi yang cukup jumbo lagi. Porsi yang besar itu sekaligus membuat harga gado-gado pak Wito cukup mahal jika dibandingkan dengan yang lain yaitu 12 ribu Rupiah. Namun harga tersebut dijamin sebanding dengan kepuasan yang didapat ketika menikmati sebungkus gado-gado.
Setiap harinya, pak Wito biasa menjual gado-gado sebanyak 200 porsi. Saat ini ketika berjualan dia dibantu oleh dua orang pegawai dan seorang putranya, Agustiawan. Setiap hari, warung gado-gado ini mulai buka jam 9 pagi dan biasanya sudah habis pada jam 2 siang. Bedak gado-gado pak Wito buka dari hari selasa hingga minggu dan libur pada senin. Gado-gado ini juga dibuat khusus untuk dibungkus saja dan tidak menyediakan tempat untuk makan.