Tim penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya bikin alat penyerap tumpahan minyak di perairan dari eceng gondok. Ini cara kerjanya!
Merdeka.com, Malang - Sebuah inovasi menarik datang dari mahasiswa Universitas Brawijaya. Sebuah tim penelitian mahasiswa yang digawangi Romi Dwi Nanda, Mauliddiana Nurul Ilyas, Nur Sakinah Junirahma, dan Muhammad Alfian Arifin, membuat sebuah alat ramah lingkungan berbahan eceng gondok dan sekam padi. Alat yang dinamai Maboa itu berfungsi untuk menyerap tumpahan minyak di perairan.
Dilansir Prasetya Online Universitas Brawijaya, tim mahasiswa tersebut merangkai Magic Briket menjadi suatu sistem alat berbentuk jaring yang dikombinasikan dengan auto spray berisi bakteri pendegradasi minyak, sehingga sistem alat ini bersifat ramah lingkungan.
Mauliddiana Nurul Ilyas, salah satu anggota penelitian menjelaskan, ide membuat alat tersebut muncul karena rasa prihatin atas kondisi perairan Indonesia yang kian hari makin menurun. Saat berada di pelabuhan, katanya, air laut berwarna hitam akibat masuknya solar dan oli bekas dari perahu nelayan.
Sementara itu, data dari Group of Expert on Scientifict Aspect of Marine Enviromental Protection (GESAMP) menyebutkan, masukan senyawa hidrokarbon di dunia mencapai angka 6,44 juta ton per tahun.
"Bayangkan saja penumpukannya dalam perairan tentu berdampak fatal bagi kehidupan laut. Banyak organisme yang mati, bahkan bukan hanya bisa membahayakan berbagai ekosistem yang ada namun juga berakibat pada kesehatan kita apabila ikan-ikan yang mati tersebut secara tidak sengaja ikut terkonsumsi," tutur Diana, sapaan akrab Mauliddiana Nurul Ilyas.
Penanganan kasus-kasus seperti ini, imbuhnya, biasanya memberi efek buruk setelahnya. Dana negara yang terkuras juga tidak main-main besarnya. Maboa merupakan alat dengan sistem pendegradasi yang ramah lingkungan, tidak berdampak buruk, ekonomis dalam pengaplikasiannya dan membantu mengurangi beberapa masalah yang ada di perairan Indonesia secara sekaligus.
Cara penggunaan Maboa sendiri cukup sederhana, yakni dengan melingkarkan pada zona tumpahan di mana Magic Briket akan menghalau perluasan zona tumpahan minyak. Selanjutnya, auto spray akan menyemprotkan cairan pendegradasi yang berfokus pada area di tengah lingkaran jaring. Secara optimal, alat ini dapat mengurangi tumpahan minyak dalam jangka waktu tiga sampai tujuh hari.
"Kami sudah melakukan uji coba prototype di salah satu laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB. Saat ini, alat kami masih dalam tahap penyempurnaan desain agar mudah diaplikasikan ketika dilakukan uji coba ke pelabuhan yang terindikasi tumpahan minyak. Kami menargetkan alat kami selesai dalam minggu ini, sehingga bisa kami uji coba ke pelabuhan pekan depan," pungkasnya.