1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Tabungan Rp 42,7 juta tak diakui sekolah, Wijiyati akan tagih terus

Ibunda Rosita Asih, Wijiyati mengaku akan terus berusaha mendapatkan kembali tabungan Rp 42 juta yang tak diakui pihak sekolah.

Ibunda Rosita Asih, Wijiyati. ©2017 Merdeka.com Editor : Siti Rutmawati | Contributor : Darmadi Sasongko | Selasa, 27 Juni 2017 17:41

Merdeka.com, Malang - Setoran tabungan Rosita Asih senilai Rp 42,7 juta tidak diakui oleh sekolahnya, MTS Negeri Tumpang, Kabupaten Malang. Hanya sebesar Rp 135 ribu saja yang diakui dan berdasar catatan di buku tabungan resmi sekolah.

Ibunda Rosita Asih, Wijiyati mengaku menabung dengan sistem kepercayaan kepada sekolah. Sudah tiga tahun sistem tabungan seperti itu diikutinya, dan selama ini berjalan lancar.

"Tahun ini saja yang tidak beres, sejak kelas satu juga menabung seperti ini," kata Wijiyati.

Wijiyati menegaskan, bahwa tabungan itu disetorkan oleh anaknya kepada wali kelasnya, Widyawati. Setiap kali setor tabungan, dirinya mencatat di sebuah buku.

"Nyata-nyata anak saya menyetorkan kepada wali kelasnya, tetapi giliran mencairkan tidak mengakui," katanya.

Sementara pihak sekolah melalui wali kelas juga melakukan pencatatan. Selama dua tahun menabung, catatan itu selalu sesuai dengan catatan yang dibuatnya.

Saat dibutuhkan atau diambil biasanya akan diberi tahu nilai yang masih tersisa di sekolah. Tetapi saat akan diambil, mengaku akan diantar ke rumah karena nilainya yang cukup besar.

Wijiyati akan terus berusaha mendapatkan uangnya kembali sampai kapan pun. Hasil jerih payahnya sepanjang tahun itu sengaja ditabungkan agar anaknya bisa melanjutkan sekolah.

"Sampai kapan pun, 5 sampai 10 tahun akan terus saya tagih. Dia sudah tidak benar, janjinya mau diantar kok malah ingkar," katanya dengan nada tinggi.

Kata Wijiyati, wali murid yang lain kemungkinan juga mengikuti cara seperti yang dilakukannya. Setoran dengan cara masing-masing saling mencatat.

"Kemungkinan memang sengaja menilep uang kami. Kita bekerja sehari, termasuk uang titipan sapi bapaknya, ternyata uangnya tidak bisa diharapkan," katanya.

Sementara itu, dalam catatan versi Wijiyati, beberapa kali pihaknya menyetor antara Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta.

PILIHAN EDITOR

(SR) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA