1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Pergulatan batin Gunawan Maryanto saat perankan Wiji Thukul

Pergulatan batin dialami Gunawan Maryanto saat mendapatkan tawaran memerankan Wiji Thukul dalam film berjudul Istirahatlah Kata Kata.

Gunawan Maryanto. ©2017 Merdeka.com Editor : Siti Rutmawati | Contributor : Darmadi Sasongko | Senin, 06 Februari 2017 15:11

Merdeka.com, Malang - Pergulatan batin dialami Gunawan Maryanto saat mendapatkan tawaran memerankan Wiji Thukul dalam film berjudul Istirahatlah Kata Kata. Kebesaran sosok Wiji Thukul menjadi bayang-bayang besar yang harus ditunjukkan.

"Saat mengiyakan tawaran bermain, saya deg-degan bener, memerankan Wiji Thukul beban buat saya. Sosok Wiji Thukul sangat fenomenal dan dikagumi, bahan sudah menjadi mitos. Dikagumi banyak orang, sangat mengagumi karya-karyanya, beban juga," aku Gunawan Maryanto di Malang, Sabtu (4/2).

Kata Gunawan, lama harus berpikir antara menerima atau tidak tawaran temen-temennya. Padahal saat itu naskahnya masih belum selesai dikerjakan.

Istirahatlah Kata Kata sendiri merupakan film drama biografi produksi Rumah Produksi Film Partisipasi Indonesia, Muara Foundation, Kawan Kawan Film dan Limaenam Films. Sebagai pengarah, sutradara Yosep Anggi Noen yang juga merangkap sebagai penulis naskah skenario. Film ini diproduseri Yosep Anggi Noen, Tunggal Pawestri, Yulia Evina Bhara dan Okky Madasari.

"Terus terang saya takut, khawatir justru akan menambah luka bagi keluarga. Ini film tentang tragedi kemanusiaan yang benar-benar terjadi, bukan sukses story seperti Habibie Ainun. Kalau engak bener bikinnya, enggak bener sudut pandangnya, enggak bener mainnya menambah soal. Itu yang menegangkan bagi saya," jelasnya.

Gunawan juga mendapat tantangan luar biasa untuk survei sosok Wiji Thukul. Karena dokumentasi pendukung yang sangat sedikit, itupun hanya saat manggung membacakan puisi. Padahal untuk sebuah biopic, seorang aktor harus tahu kesehariannya.

"Apa yang bisa saya lakukan adalah menggali, mengorek cerita-cerita dari temen-temen dekat," katanya.

Gunawan mencoba membuka ingatannya terhadap Wiji Thukul saat masa kuliah. Gunawan sendiri mengenal nama Wiji Thukul saat awal masuk UGM Tahun 1994.

Kampus saat itu, kata Gunawan, mulai ramainya dan panas oleh tuntutan agar Soeharto turun. Wiji Thukul sudah tampil di setiap mimbar.

"Saya megingat situasi itu. Berdasarkan ingatan saya dan situasi 1998. Cerita-cerita kawan dekat, dokumentasi yang sangat terbatas, saya menubuhkan seluruh ide saat sata melakukan riset," kisahnya.

Fase cerita yang diambil dari Istirahatlah Kata Kata adalah saat bersembunyi di Pontianak. Kebetulan saksi-saksi dan sahabat Wiji Thukul masih hidup.

"Pak Martin masih ada, lain-lainnya masih ada, jadi dari mereka kami mendapatkan cerita-cerita lebih hidup lagi. Ada Mbak Ida juga," katanya.

Saat observasi tempat, Gunawan bertemu dengan mereka dan semakin menguatkan dalam memerankan sosok Wiji Thukul. Apalagi kemudian keluarga Wiji Thukul turut menyaksikan saat primiere.

PILIHAN EDITOR

(SR) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Seni
  2. Tokoh
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA