Buruh dan Industri memegang peranan yang sangat besar dalam awal perkembangan kota Malang.
Merdeka.com, Malang - Setiap tahun, 1 Mei merupakan tanggal yang dipilih untuk merayakan hari buruh. Sebenarnya secara luas, pengertian peringatan satu Mei bukan hanya bagi buruh pabrik atau buruh tani saja, namun bagi semua orang yang masih dipekerjakan orang lain dan menerima bayaran.
Sebagai sebuah kota yang memiliki industri cukup pesat pada masa awal perkembangannya, kota Malang memiliki hutang yang sangat besar kepada industri dan terutama pada buruh. Baik dalam membantu perkembangan ekonomi kota maupun dalam menambah jumlah penduduk, industri dan buruh merupakan dua hal yang membuat Malang berkembang dengan sangat pesat.
Tentu saja awal kota Malang yang dibicarakan tidaklah mulai pada titik ketika wilayah ini pertama kali digunakan oleh kerajaan Kanjuruhan atau juga Singsahari namun beberapa ratus tahun setelah itu. Tepatnya pada masa penjajahan Belanda dan mulai berkembangnya industri yang ada di wilayah sekitar.
Tahun 1819 merupakan saat peresmian kota Malang sebagai bagian karesidenan Pasuruan. Pada masa itu, Malang hanya dikenal sebagai tempat liburan yang ideal bagi masyarakat Eropa karena hawanya yang sejuk dan terletak di lokasi yang cukup tinggi.
Salah satu hal yang menjadi titik awal perkembangan industri di Malang adalah persemian UU Agraria dan UU Gula pada tahun 1870. Karena kandungan tanahnya yang sangat subur, wilayah Malang menarik minat para pengusaha untuk menaman karet, kopi, teh, dan tebu di wilayah Malang. Tentu saja sebagian besar perkebunan tersebut sangat mengandalkan buruh dalam menjalankan usahanya.
Beberapa perkebunan itu masih ada hingga saat ini dan menjadi salah satu penanda terjadinya kemajuan industri dan ekonomi di Malang pada masa itu. Sebagian besar usaha itu tersebar di wilayah Malang Raya meliputi Lawang hingga Tirtoyudo, dan Poncokusumo hingga Pujon.
Perkebunan yang sangat luas serta kondisi geografis menyebabkan kota Malang menjadi titik pengumpulan berbagai hal tersebut dan menikmati kemajuan dari perdagangannya. Kemajuan ini lah yang kemudian menarik minat banyak orang untuk pindah dan tinggal di Malang.
Dekade sekitar 1890 hingga 1920 merupakan saat-saat penduduk Malang bertumbuh dengan sangat pesat. Hal ini akhirnya menimbulkan munculnya pemerintahan kota Malang atau Malang stadsgemeente pada 1914. Berdirinya kotamadya ini menandai juga berdirinya kota Malang sebagai sebuah daerah yang mandiri dan tidak berada di bawah karesidenan Pasuruan.
Dua usaha yang menjadi penanda suburnya perkembangan ekonomi kota Malang adalah pabrik rokok dan pabrik gula. Tercatat terdapat dua pabrik gula yaitu Krebet dan Kebon Agung serta dua pabrik rokok besar yang mulai berdiri yaitu Bentoel dan Faroka.
Dengan industri yang begitu besar, maka dibutuhkan semakin banyak buruh yang bekerja di keduanya. Dengan cara seperti ini lah maka perekonomian kota semakin sehat dan akhirnya kota Malang bertumbuh semakin besar.